Thursday, December 27, 2007

BENCANA (LAGI)

BENCANA (LAGI)

Telah terjadi lagi bencana
Berulang kembali bencana
Bahkan belum selesai pedih sebuah bencana
Telah datang lagi bencana
Bahkan lebih dahsyat pula bencana
Berpuluh beratus korban bencana

Di negeri yang terlalu akrab dengan bencana
Laut membawa bencana
Hujan membawa bencana
Angin membawa bencana
Gunung berbagi bencana
Bahkan bumi yang dipijakpun berbencana

Tak kunjung habis derita
Bertumpuk-tumpuk derita
Anak-anak meratap dalam derita
Tua jompo merintih dalam derita
Petani menderita
Nelayan disamun derita

Dimana agaknya salahnya?
Apa agaknya yang menjadi puncanya?
Kenapa begini adanya?
Di bumi yang padahal aduhai indahnya?
Di negeri yang subhanallah kayanya?
Dengan masyarakat yang alangkah banyak ragamnya?

Sombong, mungkin itulah agaknya
Takabur, barangkali itu penyebabnya
Durhaka, padahal sudah mereka dengar beritanya
Khianat, jadi hiasan hidupnya
Zhalim, para pemukanya
Tipu permainan hidupnya

Sombong
Mereka menyangka mereka serba bisa
Menyangka tidak suatu apapun yang menghalangi kehendak mereka
Semua bisa dibeli belaka
Dan uang adalah segala-galanya
Padahal apalah arti uang yang entah dari mana datangnya

Takabur
Semua seolah enteng-enteng saja
Negeri bagai tidak ada tepi untuk mereka
Hukum mereka yang punya
Kuasa ada ditangan mereka
Wahai, alangkah jumawanya

Durhaka
Ibu bapa durhaka kepada anaknya
Guru durhaka kepada muridnya
Pedagang durhaka kepada pembelinya
Imam durhaka kepada makmumnya
Pemimpin durhaka kepada Tuhannya

Khianat
Kalau engkau tidak melihat, maka hanya ‘aku’lah yang benar
Kalau engkau melihat, maka uang’ku’lah yang benar
Kalau tidak ada yang tahu, maka semua boleh ‘ku’lakukan
Kalau rakyat banyak tahu, hakim dapat ‘ku’kendalikan
Padahal Tuhan pasti tahu, dan ‘aku’ tidak memperdulikan

Zhalim
Biar orang lain mampus selama ‘aku’ suka mana ada urusan?
Biar negeri ini karam selama ‘aku’ dapat untung lalu apa permasalahan
Biar ada penegak hukum, huh, bagi’ku’ semua bukan halangan
Biar beribu korban, selama tidak menyentuh’ku’ tidak ada persoalan
Biar anak istri’ku’ mendapat laknat bagi’ku’ tak ada kekhawatiran

Tipu
Di pasar banyak tipu
Di jalan raya ada tipu
Di sekolah penuh tipu
Di kantor-kantor........
Di pengadilan ..........................

Mungkin itulah sumber bencana
Ketika amanah jadi barang langka
Ketika kejujuran tak bermakna
Ketika ketakaburan membutakan mata
Ketika kezhaliman bersimaharajalela
Ketika tipu dan khianat jadi hiasan dunia

Cobalah simak
‘Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, sesungguhnya Kami bukakan keberkahan kepada mereka dari langit dan bumi. Tapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Lalu Kami siksa mereka karena ulah mereka.’ (Al A’raf (7) ayat 96)

Dan cobalah simak,
‘Telah terjadi kerusakan (malapetaka) di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan tangan mereka, agar mereka kembali.’ (Ar Ruum (30) ayat 41)

Maka
Belum jugakah datang waktunya untuk kembali?
Menyadari betapa kecilnya nilai masing-masing diri?
Disisi Allah Yang Maha Menguasai?
Dia mampu mendatang bencana bagi seluruh negeri
Sungguh, tidak ada daya apapun bagi setiap diri disisi ilahi

Ya Allah Rabbil ‘iizzati
Lembutkanlah kiranya hati-hati ini
Untuk takut dan mengerti
Lalu bersimpuh bersujud dengan sepenuh hati
Memohon ampunan Mu ya Rabbi
Dan hentikanlah kiranya cobaan demi cobaan ini


Jatibening, ba’da subuh, Jumat 18/12/1428

No comments: