Tuesday, March 25, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (21)

21. Meningkalkan Mina Menuju Makkah

Sesampai di tenda, pulang dari menonton pemotongan, kami dapati anggota rombongan sudah bersiap-siap. Acara siang ini adalah melontar yang terakhir sebelum meninggalkan Mina. Rupanya sebagian besar jamaah sudah ‘demam’ ingin segera berangkat, karena sejak kemarin sudah ada kafilah tetangga yang meninggalkan Mina (nafar awal) sementara yang lain ada yang berangkat pagi ini. Petugas penyelenggara menyuruh kami untuk santai saja. Rencananya kita akan berangkat sehabis melontar sesudah shalat ashar. Untuk pergi melontar hari terakhir ini dianjurkan agar semua ikut, artinya termasuk yang tua-tua, yang biasanya diwakili. Jamaah yang pergi melontar pada hari terakhir ini ternyata masih lumayan ramai meski seramai hari kemarin. Dengan teknik saling berpegangan tangan sambil memagari jamaah wanita kami menyelesaikan acara melontar sore itu. Selesailah acara di Mina. Sekarang kami akan meninggalkan tempat ini setelah mabit selama tiga malam berturut-turut di tenda ini. Dan lembah Mina yang dipadati ratusan ribu manusia selama beberapa hari ini akan jadi lembah sunyi kembali sampai musim haji tahun depan. Kami akan kembali dulu ke Aziziah dan rencananya akan menuju hotel di Makkah sesudah waktu isya. Menurut penyelenggara hal ini perlu dilakuan demikian untuk meyakinkan bahwa kamar-kamar hotel itu sudah benar-benar siap untuk kami. Bahkan bukan tidak mungkin masuk hotelnya lebih telat, karena dikhawatirkan kamar-kamar itu belum siap. Hal yang sangat sering terjadi di musim haji. Bus yang akan mengantarkan kami ke Aziziah sudah siap. Jalan ke Makkah, atau tepatnya ke Aziziah sangat lancar. Hanya sekitar lima belas menit yang diperlukan untuk sampai disana. Kami mendapatkan kembali koper-koper kami yang ditinggal disini selama kami di Mina. Saya segera mandi dan setelah itu bersiap-siap untuk pergi ke mesjid Abu Bakar untuk shalat maghrib. Mesjid Abu Bakar sama ramainya seperti kami tinggalkan lima hari yang lalu. Ramai dengan jamaah dari Turki, Sudan dan Indonesia. Ada taklim sesudah shalat maghrib yang diikuti dengan tanya jawab. Sayang dalam bahasa Arab. Dan lebih sayang lagi karena saya harus bersiap-siap untuk pergi dari Aziziah yang mungkin segera sesudah shalat maghrib ini. Saya bergegas keluar dari mesjid sesudah shalat ba’diyah untuk menuju ke pemondokan. Acara pertama sesampai di pemondokan adalah makan malam. Pagi tadi saya berkonsultasi dengan ustad-ustad pembimbing tentang dam yang harus dibayar karena si Bungsu melakukan pelanggaran, tidak sengaja mencabut bulu mata. Menurut ustad harus membayar dam, dan dam itu seekor kambing. Hal ini yang menambah semangat saya pergi mengikuti rombongan ke tempat pemotongan pagi ini karena sekalian ingin memotong kambing dam diluar hadyu. Bahkan ustad Sy. tadinya mau minta petugas catering memasakkan kambing untuk makan malam di Aziziah. Tapi, kambingnya belum dapat, jadi malam ini tidak jadi makan gulai kambing. Saya menanyakan kepada pak W kapan rombongan akan berangkat. Dia masih belum tahu. Masih menunggu konfirmasi dari hotel tentang kesiapan kamar. Saya menanyakan apakah saya bisa kembali ke mesjid untuk shalat isya. Dia balik bertanya apakah saya tadi tidak menjamak shalat yang saya jawab tidak. Dia ragu-ragu sebentar sebelum akhirnya mengatakan silahkan, tapi sehabis shalat segera kembali. Saya langsung saja berangkat lagi ke mesjid. Sebelumnya saya mengingatkan istri dan anak-anak untuk mengemasi barang bawaan kami. Di mesjid ternyata taklim masih berlangsung. Di mesjid ini ada sebuah pengumuman dibingkai dan tergantung dekat mimbar, menunjukkan jarak waktu iqamat menjelang shalat sesudah azan dikumandangkan. Untuk shalat isya waktunya 20 menit. Hari baru jam tujuh lebih seperempat. Masih dua puluh menit lagi sebelum azan. Dan sesudah azan masih dua puluh menit lagi sebelum shalat. Menghitung-hitung waktu seperti itu menjadikan saya kurang tenang. Toh waktu itu akhirnya berlalu juga. Walaupun memang terasa agak lama. Sudah jam delapan waktu shalat isya selesai. Saya berzikir ringkas dan tidak shalat sunah lagi, khawatir orang-orang sudah menunggu saya. Saya segera melangkah keluar mesjid. Masya Allah, sampai di tangga mesjid saya lihat pak W. Langsung saya sapa dan menanyakan kalau dia mencari saya. Ternyata benar. Rombongan sudah berada di atas bus di dekat mesjid. Menurut pak W mereka sudah menunggu disana persis sejak iqamat untuk shalat isya. Kami melangkah ke bus dengan tergesa-gesa. Saya minta maaf kepada anggota rombongan karena telah terpaksa menunggu. Bus itu segera berangkat menuju Makkah dengan mengambil jalan alternatif yang lebih jauh dari jalan biasa. Hal ini dilakukan untuk menghindari arus jamaah yang keluar dari Masjidil Haram. Kami dibawa melalui jalan besar yang lalu-lintasnya lumayan lancar sampai masuk ke jalan yang relatif kecil dan banyak kendaraan nya di sekitar Misfalah. Saya melihat banyak maktab jamaah Indonesia di sepanjang jalan yang terakhir ini. Bus besar itu berjalan tersendat-sendat mendekati hotel Sofitel di dekat Marwa di ujung lain tempat sa’i. Kami harus menurunkan sendiri koper-koper kami dari bagasi bus dan mengangkatnya ke lobby hotel. Suasana di lobby itu ramai sekali karena di samping kami juga ada jamaah lain yang kelihatannya juga baru datang. Sudah menjelang jam setengah sepuluh malam waktu kami masuk ke kamar di lantai 9. Kami menempati satu kamar di antara tiga kamar dalam satu kompartemen. Bertetangga dengan rombongan pak J sedang kamar ketiga ditempati oleh lima orang bapak-bapak. Kamar hotel ini sedikit lebih besar dari kamar hotel di Madinah. Jarak ke mesjid juga lebih dekat. Saya yang sudah batuk-batuk sejak beberapa hari di Mina, merasa capek dan ingin cepat-cepat beristirahat. Insya Allah untuk bangun subuh besok. Untuk pergi shalat subuh yang pertama ke Masjidil Haram. *****

No comments: