Sunday, March 30, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (30)

30. Kembali Pulang


Dengan menggunakan dua buah bus kami menuju ke Bandara King Abdul Aziz dalam perjalanan menuju pulang ke Jakarta. Hari baru jam setengah tiga siang. Fihak penyelenggara ingin agar kami menyelesaikan proses check in dan penimbangan barang bawaan yang dimasukkan di bagasi secepatnya. Barangkali saja harus membayar karena kelebihan berat barang dan agar hal itu bisa diproses secepatnya. Itu alasannya antara lain kenapa kami dibawa buru-buru berangkat meninggalkan hotel. Padahal, di tiket pesawat tercantum jadwal keberangkatan itu adalah jam sepuluh malam.

Di airport barang-barang yang mau dibagasikan diangkat dengan gerobak besar. Saya ingin memasukkan jeriken air zam-zam saya yang sepuluh liter ke bagasi. Oleh petugas disuruh bungkus dulu dengan special plastic wrap yang ada di airport itu. Saya segera melakukannya, dan bayar delapan rial, lima rial harga plastiknya dan tiga rial untuk ongkos mengelem. Air zam-zam yang disediakan oleh penyelenggara, 5 liter untuk setiap jamaah sudah di bungkus plastik sejak terlihat oleh saya di Jeddah, juga dimasukkan ke bagasi. Ternyata kemudian, kelebihan berat barang yang jumlahnya seratus kilo lebih untuk enam puluh orang jamaah dibebaskan oleh Penerbangan Saudia.

Lama kami menunggu sebelum disuruh masuk ke dalam ruangan tunggu untuk pemeriksaan imigrasi. Sementara duduk-duduk itu si Bungsu memotokan setiap anggota rombongan dengan kameranya. Kami bersantai-santai sambil ngobrol-ngobrol menunggu waktu. Airport ini ramai dengan jamaah antara bangsa yang hilir mudik. Jam empat kami masuk ke ruang tunggu. Setelah kami itu, masuk pula jamaah dari kafilah lain yang kelihatannya akan satu pesawat dengan kami. Sebelum jam lima kami disuruh membuat barisan antri. Sampai disini, terus terang, saya tidak tahu siapa yang menyuruh masuk ruangan, menyuruh antri ini. Antrian itu tidak ‘ngapa-ngapain’ meminjam istilah anak saya, sampai azan maghrib berkumandang. Di depan sana kami lihat ada petugas imigrasi Arab Saudi, tapi sekali lagi tidak ‘ngapa-ngapain’. Begitu azan selesai saya jadi kagok, mau shalat kami sedang dalam antrian, disamping tempat ini tidak cukup bersih kelihatannya untuk tempat shalat. Dan akhirnya memang saya tidak segera shalat. Biarlah dijamak ta’khir saja. Dan loket imigrasi itu baru dibuka sesudah para petugas itu selesai shalat maghrib. Barulah jamaah ibu-ibu mulai melalui counter imgrasi satu persatu. Perlu waktu satu jam lebih sampai saya dapat giliran. Dan saya shalat di seberang imigrasi itu, sendirian. Tadinya berharap ada yang akan makmum kepada saya, ternyata tidak ada. Beberapa calon penumpang pesawat ini shalat sendiri-sendiri pula. Saya agak kecewa sesudah itu karena di bagian dalam ruang tunggu, ada yang shalat berjamaah karena tempatnya lebih longgar.

Kami menunggu lagi. Hampir jam sembilan malam baru kami melalui gerbang terakhir sebelum naik bus yang akan mengantar ke pesawat. Disini kepada kami dibagikan oleh-oleh berupa mushaf al Quran dan paket buku dari kementerian waqaf Saudi Arabia. Sesudah itu kami naik ke pesawat. Jam sepuluh kurang pesawat itu bergerak siap untuk tinggal landas. Jadi dari fihak penerbangan tidak ada perubahan jadwal. Bahkan di fihak imigrasi tadipun kelihatannya tidak ada perubahan jadwal, memang jadwal membuka loket untuk kami adalah sesudah waktu maghrib sekitar jam setengah tujuh malam. Jadi mungkin fihak penyelenggara saja yang khawatir berlebihan sehingga maunya datang terlalu awal. Ya, mungkin ujian terakhir kesabaran sebelum pulang.

Di pesawat sesudah makan malam saya berusaha untuk tidur. Mungkin sudah sekitar jam setengah dua belas malam waktu Makkah. Tidak nyenyak, hanya sebentar saya sudah terbangun lagi. Saya menghitung-hitung kapan waktu shalat subuh. Saya berkesimpulan, subuh sekitar jam tujuh waktu Jakarta atau jam tiga waktu Makkah yang kira-kira jam lima di posisi pesawat ketika itu. Jam tiga waktu Makkah itu kami sudah separo jalan penerbangan ke Jakarta. Dan sekaranglah waktunya. Saya bangunkan anak-anak serta istri saya. Kami bertayamum. Lalu shalat di ‘mushala’ pesawat di bagian belakang. Arah kiblat selalu ditampilkan di layar monitor, yaitu persis arah ke belakang pesawat. Ada satu bapak-bapak anggota jamaah ikut shalat bersama kami. Tidak lama sesudah kami shalat sudah muncul cahaya siang.

Jam sebelas siang kami mendarat dengan selamat di Bandara Sukarno-Hatta. Alhamdulillah. Hari ini hari Kamis. Tepat dua puluh dua hari sejak kami berangkat. Kami lalui pemeriksaan imigrasi dengan mudah dan setelah itu langsung menuju tempat mengambil bagasi. Tidak terlalu lama menunggu. Alhamdulillah, semua barang-barang kami sudah kami dapatkan. Kecuali jeriken zam-zam. Kok belum muncul-muncul juga sedangkan ban berjalan sudah berputar berkali-kali. Si Bungsu penasaran, dan mulai ‘celingak-celinguk’. Ternyata jeriken zam-zam bertuliskan nama kakeknya sudah berada di troli barang jamaah lain. Si Bungsu langsung menyapa bapak-bapak yang punya barang itu seramah mungkin. ‘Maaf pak, ini air zam-zam saya,’ katanya. Kata bapak-bapak itu, ‘Oh tidak, ini punya saya.’ Kata si Bungsu lagi, ‘tapi maaf pak, ini ada nama saya di jerikennya.’ Si bapak itu melihat dan baru sadar. ‘Oh iya, ya. Maaf deh kalau gitu.’ Si Bungsu senang lalu mengambil jeriken zam-zam itu.

Kami melangkah keluar sesudah berpamitan dengan jamaah-jamaah yang lain. Saya menyewa dua buah taksi pesanan di counter taksi. Saya berdua dengan si Bungsu di satu taksi, istri saya dengan dua kakaknya di taksi yang satunya lagi. Sopir taksi kami ternyata tukang cerita. Ceritanya ke barat ke timur. Rupanya banyak juga pengalamannya. Saya mendengar ceritanya sambil terkantuk-kantuk. Entah bagaimana dia sampai memperlihatkan isi dompetnya yang ada beberapa lembar uang asing seperti yen Jepang, dolar Singapura dan uang kertas lainnya. Untuk menambah koleksinya saya berikan dua lembar uang satu rial, kembalian ongkos me-lem plastik jeriken kemarin. Dia senang sekali dan tertawa terbahak-bahak.

Jam satu kami sampai di rumah dengan selamat. Alhamdulillahirabbil’alamiin. Setelah menaruh barang-barang, saya ajak anak-anak untuk pergi sujud syukur sekaligus shalat zuhur ke mesjid. Istri saya tidak ikut karena untuk shalat dia harus berganti baju dulu. Tuntaslah perjalanan kami setuntas-tuntasnya.


******

No comments: