Thursday, January 21, 2010

Pantun 2

Pantun 2

Keselamatan atas engkau para saudara
Dimana saja anda berada
Semoga rahmat Allah senantiasa
Menyertai anda serta berkah Nya

Kusampaikan lagi sebuah cerita
Berasal dari dunia sana
Ketika terlelap aku melihatnya
Gerangan entah apalah makna

Menjelang subuh aku terjaga
Ditepuk pipi dicubit paha
Sambil menggosok-gosok mata
Habis bermimpi aku kiranya

Bergemuruh rasanya darah di dada
Gamang dan takut tidak terkira
Senyampang mimpi menjadi nyata
Betapa menyeramkan itu semua

Di dalam mimpi aku terpana
Maninjau Singkarak berlaga-laga
Marapi Singgalang meronta-ronta
Pasaman Tandikek begitu pula

Bersamun awan di udara
Hitam pekat kelabu tua
Berdesir angin menghalaunya
Bunyi ribut membahana

Tapi yang aneh mempesona
Orang kampung tenang-tenang saja
Seolah tak terjadi apa-apa
Mereka asyik bercengkerama

Rasian yang terlalu kasat mata
Rasanya tidak susah benar tadbirnya
Mimpi buruk sedang menimpa
Minangkabau ranah tercinta

Berkali-kali musibah tiba
Marapi dan Talang mengirim tanda
Berbuat garang mereka bisa
Memanggang nagari di sekitarnya

Jangan ditanya perkara gempa
Sudah berulang dihoyaknya
Handam karam nagari yang dilanda
Masjid dan surau porak poranda

Puting beliung pernah bicara
Pohon besar ditumbangkannya
Semua diterbangkan ke udara
Ranap yang tinggal tak berdaya

Air yang adalah sebuah karunia
Dengannya kehidupan bermula
Tapi ketika sangat banyak dia tiba
Dihanyutkannya segala yang ada

Jadi kalau perkara tanda
Sudah lengkap rasa-rasanya
Allah tunjukkan untuk semua
Bahwa Allah bisa sangat murka

Namun herannya mereka tetap mada
Tidak sedikitpun bisa membaca
Tanda-tanda kekuasaan Nya
Asyik juga berbuat dosa

Batil dan haq dipercampurkannya
Halal dan haram sama direguknya
Tuak dan kopi sama dinonongnya
Perbuatan tercela dikerjakannya

Mereka mempunyai puteri dan putera
Tiba masa menikahkannya
Didatangkan orang siak dan ulama
Untuk menyaksikan ijab kabulnya

Sebuah perbuatan wajib atas mereka
Menikahkan anak-anak remaja
Agar terhindar dari dosa
Dari melakukan perbuatan tercela

Sesudah ijab kabul jadi upacara
Orang banyak di kerumahkannya
Untuk memberikan restu dan doa
Kepada marapulai dan anak dara

Ketika itulah dimulai dosa
Orgen tunggal diadakannya
Entah siapa yang punya budaya
Bunyi musik memekak telinga

Berdentam-dentam membahana
Laksana bunyi meriam belanda
Sedang berperang di medan laga
Tak siapa dapat melerainya

Di siang hari belum puncaknya
Semakin malam semakin bergelora
Tuak dan bir entah dari mana datangnya
Mereka teguk dengan leluasa

Musik orgen tunggal semakin membara
Penyanyi yang biasanya betina muda
Sungkan dan malu jadi tiada
Mereka bergoyang pinggul dan dada

Tidak menunggu terlalu lama
Mabuk dan tenggen datang mendera
Pikiran waraspun jadi sirna
Semua bergoyang mengikuti irama

Inilah batil yang seutuhnya
Pangkal dosa bermacam dosa
Ninik dan mamak hilang wibawa
Tidak seorangpun angkat bicara

Alihkan pula pandangan mata
Ke tengah kampung ke pinggir kota
Orang berdamini atau berkoa
Azan terdengar dibiarkan saja

Kok dilihat pula para remaja
Berkeliaran berbuat semaunya
Ke pinggir laut berhura-hura
Berkeluntun-puntun jantan betina

Seakan-akan belum sempurna
Dari berpacu berbuat durjana
Yang muda berbuat suka-suka
Yang tuapun lupa dituanya

Tidak ada yang sadar seorang jua
Bahwa mereka telah berdosa
Melanggar larangan Allah Ta’ala
Dengan apa yang dikerjakannya

Oleh karena itu wahai saudara
Mari kita ingat-ingatkan jua
Bahwa dahulu tidak serupa
Ketika adab budaya masih dipelihara

Berhelat berkenduri boleh saja
Diundang sanak serta saudara
Orang kampung semuanya
Tanda bersyukur kepada Nya

Bersukacita ada batasnya
Norma susila tetap dipelihara
Tidak semua berseleperan saja
Bergalau tak jelas juntrungannya

Berpesta pora bermusik ria
Berorgen tunggal konon namanya
Handam karam bunyi suaranya
Sangat mengganggu para tetangga

Apalagi ditambah pula
Minum tuak, bir dan sebangsanya
Bernyanyi berjoged bermabuk ria
Perbuatan dosa itu semua

Jadi sekali lagi para saudara
Mari mulai dari diri kita
Kok nyampang berhelat kemenakan kita
Perhelatkan dengan cara biasa saja

Mari kembali makan berjamba
Diringi dengan sedikit hota
Sekedar yang perlu-perlu saja
Ketika kita sama bersila

Bukan karena apa-apa
Kalau tetap juga berbuat dosa
Tanpa pernah merasa jera
Murka Allah yang akan menimpa

Tidakkah kita faham juga?
Dengan semua peringatanNya?
Ketika didatangkanNya berbagai bala?
Untuk mengingatkan kita semua?

Jangan dipandang enteng saja!
Ketika nagari dihoyak gempa!
Puting beliung datang menyapa!
Ombak di laut menggelora!

Semua itu isyarat yang disampaikan Nya
Bahwa kita anak manusia
Sebenarnya tiada kuasa tiada daya
Jadi janganlah ongeh juga

Mari ingatkan anak kemanakan kita
Supaya kembali ke jalan Nya
Beramal salih di alam dunia
Agar di akhirat kelak terpelihara.

No comments: