Tuesday, May 5, 2009

DERAI-DERAI CINTA (22)

22. ULANG TAHUN

Beberapa bulan berlalu. Pengumuman hasil ujian saringan masuk perguruan tinggi sudah keluar. Lala diterima di jurusan Biologi ITB. Jurusan itu sebenarnya pilihan keduanya. Lala senang bukan main. Papanya Lala, (mak dang Taufik) senang bukan main. Harapannya agar ada di antara anaknya yang mengikuti jejaknya masuk ITB, sekarang terkabul. Sesudah mendengar pengumuman itu papa dan mama datang ke Bandung. Papa mengambil cuti beberapa hari.

Dan Yuni diterima di Unpad. Di bagian Psikologi, pilihan keduanya pula. Yuni juga sangat bahagia. Sesuai rencana mereka sejak dari Rumbai, Yuni akan ikutan tinggal di rumah di Sekeloa ini. Yuni memang kawan akrab Lala. Lala yang mendesak agar mereka tinggal bersama-sama. Papa dan mama menyetujuinya.

Segera setelah mendaftar sebagai mahasiswa baru mereka akan menjalani masa perkenalan. Dulu namanya masa perkenalan mahasiswa atau disingkat mapram. Setelah itu namanya diganti beberapa kali. Intinya tetap sama, masa perkenalan dengan mahasiswa senior. Pada saat mana mahasiswa lama akan menggojlok mental mahasiswa baru, memperlakukan mereka sebagai objek lucu-lucuan. Disuruh berpakaian aneh-aneh dan norak, dijahili, disuruh mencari dan membawa benda yang aneh-aneh, dibentak-bentak.

Lala dan Yuni sedang mempersiapkan diri untuk masa perkenalan itu. Jadwalnya hampir bersamaan. Mereka sedang menunggu hari. Sambil takut-takut. Sambil harap-harap cemas. Sambil bahagia karena status mereka sebentar lagi adalah mahasiswa. Kedatangan mama sangat penting artinya untuk memberi dukungan moral. Disamping mengawasi gizi dan makanan, terutama selama berlangsungnya masa perkenalan itu. Mama pasti akan cerewet mengingatkan makan agar jangan sampai jatuh sakit karena kecapekan.

Ada alasan lain bagi papa dan mama untuk datang. Persis tiga hari sesudah hari pengumuman ujian itu adalah hari ulang tahun Lala yang ke delapan belas. Seolah-olah diterima di ITB merupakan sebuah kado istimewa buat Lala. Papa dan mama datang untuk mengucapkan selamat diterima di ITB dan sekaligus mengucapkan selamat ulang tahun. Merayakan hari ulang tahun memang dibiasakan keluarga ini. Karena begitu pula lazimnya di lingkungan tempat mereka tinggal di Rumbai. Di Rumbai ada yang membuat pesta besar ketika merayakan ulang tahun. Di keluarga Taufik, hari ulang tahun dirayakan sekedarnya saja. Makan-makan di rumah atau makan ke luar ke restoran diikuti beberapa orang teman akrab yang berulang tahun. Tidak meriah-meriah amat. Kali inipun mereka akan makan malam di hotel Homan untuk merayakan ulang tahun Lala.


***


Setiap kali berada di Bandung mak dang selalu menyuruh Imran datang. Pesan itu dititipkan melalui Tahir Tarigan, melalui kakaknya yang teman uni Lani. Dan Imran pasti segera datang kalau mendengar mak dang ada di Bandung.

Imran baru saja kembali dari tugas praktek lapangan di Karang Sambung. Kulitnya hitam seperti habis terbakar. Selama bertugas di lapangan setiap hari dia bekerja di alam terbuka sejak jam delapan pagi sampai jam empat sore. Menyusuri tebing sungai, mendaki bukit, melintasi hamparan batuan yang terbuka. Semua dilakukannya dibawah terik matahari Karang Sambung.

Kemarin sore Tahir datang ke tempat tinggalnya di Taman Sari, tapi Imran sedang keluar. Tahir menitipkan pesan dari mak dang melalui Syahrul. Jam sembilan pagi Imran datang ke Sekeloa. Di rumah hanya ada mak dang dan bibik. Mak dang heran melihat penampilan Imran seperti itu.

‘Kenapa kau? Kulitmu matang seperti baru pulang dari padang pasir,’ komentar mak dang pertama kali melihat Imran.

‘Awak baru dari lapangan di Karang Sambung, mak dang,’ jawab Imran.

‘Apa yang kau kerjakan disana ?’

‘Praktek lapangan, mak dang. Mempraktekkan ilmu-ilmu geologi,’ jawab Imran pula.

‘Berapa tahun lagi kau akan tamat?’

‘Kuliahnya masih dua tahun lagi. Setelah itu mempersiapkan skripsi.’

‘Untuk skripsi ada lagi tugas lapangan biasanya, kan?’

‘Betul, mak dang. Awak harus melakukan perpetaan geologi. Lapangannya bisa dimana saja nanti.’

‘Syukurlah.... Tapi sementara itu pengiriman kain ke Bukit Tinggi masih tetap berjalan ?’

‘Masih, mak dang.’

Mak dang dan Imran meneruskan obrolan tentang apa saja. Tentang kuliah, tentang usaha sampingan Imran, tentang rencana setelah selesai kuliah nanti. Mak dang berharap agar Imran nanti bisa pula bekerja di Caltex.

‘Nanti kita pergi makan malam di hotel Homan. Kau ikut ya ?’ kata mak dang.

‘Kok di hotel makannya mak dang. Dalam rangka apa?’ tanya Imran.

‘Hari ini Lala berulang tahun. Kita makan istimewa merayakan ulang tahunnya,’ jawab mak dang.

‘Iyalah, mak dang. Tapi kemana Lala? Kemana tante dan uni Lani?’ tanya Imran pula.

‘Lani pergi seminar ke kampus. Lala sama mamanya, sama Yuni sedang pergi sebentar. Kan Lala mau mengikuti perpeloncoan. Mungkin entah mencari apa.’

‘Kalau begitu, awak pergi dulu sebentar mak dang. Biar nanti sore awak kesini lagi.’

‘Mau kemana kau?’

‘Awak mau mengembalikan peralatan yang awak pinjam untuk tugas kemarin itu. Petugas gudang ini biasanya sudah tidak ada di tempat sesudah jam dua belas.’

‘Peralatan apa?’

‘Palu dan kompas geologi,’ jawab Imran.

‘Baiklah. Atau nanti sore kau tunggu saja di tempat kau tinggal itu. Biar mak dang jemput kesana. Bersiap-siap sehabis maghrib.’

‘Baik, mak dang. Akan awak tunggu. Awak pergi, mak dang.’


***

Mak dang ditemani abang Lutfi menjemput Imran ke rumah kontrakannya. Imran sudah siap ketika mak dang datang. Ada Syahrul di rumah. Mak dang mengajak Syahrul ikut, tapi dia menolak dengan sopan. Syahrul beralasan dia sudah ada janji dengan temannya. Syahrul sudah menebak tidak akan ada tempat untuknya di mobil.

Bang Lutfi yang menyetir mobil Kijang itu. Mak dang duduk di depan di samping bang Lutfi. Tante Ratna dan uni Lani di bangku tengah sementara Lala, teteh Yani dan Yuni di bangku belakang. Imran duduk di samping uni Lani. Mobil Kijang itu pas untuk mereka delapan orang.

Imran bersalaman dengan tante Ratna sebelum naik mobil. Dan menyalami Lala sambil mengucapkan selamat ulang tahun.

‘Kok bang Imran tahu ini ulang tahun Lala?’ tanya Lala.

‘Diberi tahu mak dang,’ jawab Imran polos.

‘Mana kadonya?’ Lala sengaja mengolok.

‘Iya, ya. Abang belum menyiapkan kado. Nantilah. Menyusul. Boleh kan menyusul ?’ tanya Imran.

‘Ya.... abang...... Kalau begitu kadonya masakin gulai tunjang lagi.’

‘Ha..ha...ha... Abang setuju banget itu,’ abang Lutfi langsung menyambar.

‘Boleh juga itu, Ran. Mak tuo baru mendengar saja cerita gulai tunjang. Ingin juga mencobanya,’ tante Ratna ikut menimpali.

‘Tumben mama jadi ‘mak tuo’. Bukannya ‘tante’. Biasanya tante?!’ giliran Lala.

‘Kalau di Rumbai, tante. Kalau disini atau di kampung boleh mak tuo he..he..he..’ mak dang yang menjawab.

‘Bukan begitu. Karena Imran memanggil mak dang, yang paling pas jadi pasangan mak dang itu memang hanya mak tuo,’ jawab mama asal-asalan.

Giliran Imran jadi agak bingung.

Tanpa terasa mereka sudah sampai di hotel Homan. Mereka langsung menuju restoran. Sebuah meja dengan delapan kursi sudah ditandai ‘reserved’ untuk mereka. Papa dan abang Lutfi duduk di ujung meja. Tante Ratna , uni Lani dan teteh Yani di satu sisi. Imran, Lala dan Yuni disisi yang lain. Imran berhadapan dengan tante Ratna di dekat mak dang. Yuni dan teteh Yani dekat abang Lutfi.

Mereka makan ala Eropa. Sebelum makan mak dang memimpin doa. Mendoakan agar Lala berhasil kuliahnya. Diberi panjang umur dan dilindungi Allah. Baru mereka mulai makan. Dimulai dengan salad. Sayur-sayuran hijau yang disiram dengan ‘dressing’. Diikuti sup asparagus. Setelah itu baru menu utama. Sirloin steak dengan kentang pure. Minumannya ice lemon tea. Namanya keren, ternyata maksudnya teh es pakai jeruk. Imran menyimak dan mengikuti saja dengan hati-hati. Diliriknya cara mak dang menggunakan alat-alat makan. Mak dang lebih banyak menggunakan garpu. Makan salad pakai garpu, sesudah sayuran itu diiris-iris. Makan steak atau daging panggang pakai garpu, sesudah daging itu diiris juga. Makan kentang lumat pakai garpu. Sendok hanya untuk makan sup. Imran meniru sebisa-bisanya. Meniru cara makan tidaklah seberapa sulit. Tapi menerima makanan itu di lidah terasa sangat pelik. Bagi Imran, pecal jauh lebih enak dari salad ini. Sup asparagusnya bolehlah, tidak terlalu masalah. Tapi kemudian giliran daging panggang dengan kentang dilumatkan timbul kesulitan. Perut Imran berontak rasanya. Tapi dia berusaha setenang mungkin.. Menghabiskan daging panggang lebih mudah. Tapi urusan kentang pure, Imran menyerah. Lebih separo terpaksa ditinggalkannya.

Lalu datang sebuah kue tart dengan lilin menyala di atasnya. Rupanya itu kue ulang tahun. Semua menyanyi selamat ulang tahun. Lala meniup lilin berangka delapan belas. Lala memotong-motong kue lalu membagi-baginya. Semua mencicipi kue ulang tahun. Dan semua mengucapkan selamat ulang tahun sekali lagi kepada Lala.

Masih ada lagi es krim sesudah itu. Hebat betul cara makan orang-orang ini, kata Imran dalam hati. Terakhir, mak dang masih memesan teh dan kopi.

Sudah hampir jam sembilan malam acara ulang tahun itu berakhir. Imran diantar ketempatnya sebelum mereka semua pulang ke Sekeloa. Sebuah pengalaman baru dilalui Imran malam ini. Pengalaman yang diajarkan oleh mak dang dan keluarganya.


*****

No comments: