Friday, March 21, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (13)

13. Mabit Di Mina Sebelum Wukuf


Tenda-tenda di Mina itu terbuat dari terpal yang kononnya tahan api. Dibuat pas-pasan (pintar sekali menghitungnya) untuk masing-masing kafilah dan kalau berlebih, anggota satu kafilah digabung dengan kafilah lain. Antara kafilah yang satu dengan kafilah yang lain dipisahkan oleh dinding terpal yang sama. Kami menempati dua bahagian tenda untuk laki-laki dan perempuan. Mula-mula saya mengambil tempat sembarang di bagian tengah. Ternyata ada sedikit bagian pemisah antara tenda laki-laki dan wanita tidak cukup rapi karena terbuka dibagian bawah. Saya dan seorang jamaah lain (pak J) di minta menempati perbatasan itu sementara di sebelah tempat wanita ditempati istri dan anak-anak saya (dekat saya) dan istri serta anak pak J dekatnya pula.

Karena kami rombongan kecil, beberapa orang jamaah dari rombongan besar digabungkan ke tenda kami. Tidak ada masalah. Tenda laki-laki ditempati lebih empat puluh orang. Kalau tidur berbaris-baris dalam dua shaf memanjang. Jadi kami tidurnya berjamaah, meski tanpa imam.

Dekat gerbang masuk ada dapur umum, tempat memasak makanan untuk ribuan jamaah sekali gus. Jadi untuk rasa makanan tidak usah terlalu banyak berharap. Menu yang paling sering hadir melibatkan ayam dengan versi yang tidak banyak. Kerupuk berwarna-warni dan sambel selalu hadir. Makanan di letakkan di beberapa pojok, diatas meja yang diatasnya juga sudah disediakan piring dan gelas kertas serta sendok plastik. Para jamaah kemudian antri untuk mengambil makanan, lalu dibawa ke tenda masing-masing. Buah (apel dan jeruk) disediakan lebih dari cukup.

Tenda kami terletak persis di depan kamar mandi yang juga merangkap kamar kecil. Fasilitas kamar mandi plus itu untuk jamaah dari beberapa buah tenda. Kamar mandi mempunyai fasilitas shower, keran yang disambung dengan selang air sepanjang 50 senti dan wc jongkok. Ada dua kali delapan pintu, bertolak belakang masing-masing untuk laki-laki dan perempuan. Masing-masing petak berukuran satu meter kali 60 senti. Kebersihan kamar mandi + kakus itu adalah tanggung jawab setiap jamaah, namun air untuk menjaga kebersihan tersedia hampir tak terbatas. Kondisi lantai dan dindingnya kurang rapi, banyak ceceran semen yang sudah mengering dan keramik dinding yang pecah, mungkin karena dikerjakan / diperbaiki buru-buru. Tapi sistim penampung najis cukup bagus dan tidak mengeluarkan bau. Untuk menggunakan fasilitas kamar mandi ini pagi-pagi, harus antri. Puncak antrian terjadi pada saat mendekati waktu shalat subuh. Jadi kalau tidak mau antri terlalu lama dan tidak mau ketinggalan shalat di awal waktu harus bangun lebih cepat.

Sesuai dengan yang sudah diberitahukan pembimbing, kami shalat pada setiap awal waktu dengan diqasar. Sesudah shalat ustad-ustad memberikan kultum. Topiknya di seputar pelaksanaan haji dan kadang-kadang tentang ‘apa?’ sesudah haji. Selalu diingatkan, karena sedang memakai kain ihram agar selalu menjaga hal-hal yang bisa menimbulkan resiko. Ini cukup penting, karena salah-salah tercabut bulu hidung, atau bulu mata, atau tertutup kepala dengan sengaja oleh jamaah laki-laki akan berakibat didenda (dam).

Saya meliwatkan waktu dengan membaca al Quran, di sela-sela waktu shalat. Hal ini cukup efektif untuk menghindar dari terlalu banyak ngobrol. Terlalu banyak ngobrol beresiko salah omong, yang bisa berlanjut jadi rafats, atau jidal atau fusuq yang tentunya akan merusak ibadah haji. Kalau mata saya sudah tidak tahan saya coba tidur-tiduran (atau tidur benaran). Malamnya saya cepat tidur. Mula-mula AC dibiarkan hidup tapi karena udara mulai dingin AC dimatikan oleh jamaah. Beruntung karena tempat pengontrol AC itu ada dalam tenda. Tadinya dikhawatirkan sistim AC itu sentral dan tidak bisa diutak-utik.

Kira-kira jam empat pagi saya terbangun dan cepat-cepat ke kamar mandi. Saya bersyukur karena selama menjalankan ibadah ini sistim pencernaan dan pembuangan saya berfungsi sangat baik. Bangun pagi-pagi sekali itu saya bisa segera buang hajat. Setelah mandi dan berwudhu saya lakukan shalat malam. Ada beberapa jamaah yang sudah lebih dulu bangun dari saya dan juga melakukan shalat malam. Kami shalat diatas kasur. Arah kiblat persis diagonal kasur. Jadi kami hanya bisa shalat di dua kasur berdekatan yang jamaahnya sudah bangun.

Pada saat masuk waktu subuh, azan kembali berkumandang bersahut-sahutan dari setiap tenda. Masing-masing menggunakan portable microphone. Yang lebih seru, pada waktu shalat, masing-masing kafilah shalat berjamaah di dalam tenda masing-masing dipimpin oleh imamnya masing-masing. Karena jaraknya sangat dekat, hanya beberapa meter, suara imam waktu membaca alfatihah maupun surah terdengar seperti bersahut-sahutan pula. Begitu juga halnya pada saat kultum. Saya bertanya-tanya untuk diri saya sendiri. Apakah hal ini memang harus demikian? Apakah tidak bisa dikoordinir agar shalat berjamaahnya cukup dengan satu orang imam untuk sekian buah tenda. Bukankah itu akan lebih afdal? Tapi kelihatannya, paling tidak untuk saat ini belum bisa dilakukan. Mungkin karena masing-masing pembimbing belum ada koordinasi dan tidak ada yang mau memulainya.

Sesudah kultum ba’da shalat subuh saya membuat teh susu panas. Nikmat sekali rasanya di saat udara dingin memanaskan perut dengan minuman panas. Dan setelah itu melanjutkan tadarus lagi. Pagi ini, sesudah sarapan kami harus bersiap-siap untuk meninggalkan tempat ini untuk pergi ke Arafah. Kami diingatkan untuk membawa perlengkapan seringkas mungkin. Sebagian besar barang bawaan kami ditinggal disini. Menurut penyelenggara meninggalkan barang-barang di tenda ini, insya Allah aman. Kami diminta menumpuk barang-barang kami di tengah-tengah ruangan tenda lalu kemudian ditutupi dengan selimut kain. Jam sembilan kami sudah siap untuk berangkat dan keluar dari kompleks perkemahan menunggu bus. Lalu lintas di depan tenda sedang macet berat. Bus ukuran besar-besar antri di sepanjang jalan. Semua menuju kesatu arah. Padang Arafah.



*****

No comments: