Sunday, January 6, 2008

MELAWAT KE DUBAI DAN ISTAMBUL (bag.7)

MELAWAT KE DUBAI DAN ISTAMBUL (bag.7)

13. SULTAN-SULTAN PENGHUNI ISTANA DOLMABAHCE

Seperti disebut di atas, Sultan Abdul Majid adalah sultan yang pertama mendiami istana megah dan besar itu. Sultan yang dinobatkan ketika masih sangat muda ini, yang pernah berkunjung ke Eropah dan melihat istana-istana megah di Paris dan di London, bertambah inspirasi dan semangatnya untuk membangun istana serupa dengan yang dilihatnya itu. Menurut cerita, Sultan yang masih muda ini sering datang untuk melihat dan mengawasi sendiri pembangunan istana besar tersebut.

Arsitek yang ditunjuk oleh Sultan (atau mungkin oleh ibunya Bezmi Alam Valide Sultan) untuk merealisasikan rencana besar itu bernama Karabet Amira Balyan, seorang Armenia. Lima generasi dari keluarganya terkenal sebagai arsitek kawakan. Karabet Balyan sudah pernah pula mengunjungi istana-istana megah di seluruh Eropah dan khususnya Perancis dan Inggeris.

Kendala yang dihadapi Sultan Abdul Majid ketika membangun istana itu adalah masalah keuangan. Kesultanan Ottoman kala itu berada dalam keadaan keuangan yang kurang baik, sehingga untuk menyelesaikan pembangunan itu untuk pertama kalinya Sultan harus berhutang kepada bank-bank di Eropah. Istana itu dapat juga diselesaikan, meskipun Sultan sendiri menyadari bahwa istananya kalah besar dengan istana yang pernah di lihatnya di London atau di Versailles.

Sultan Abdul Majid menempati istana besar itu hanya lima tahun dari kehidupannya yang relatif pendek. Sultan muda yang sangat tergantung kepada perdana menterinya tidak banyak mengurus negara yang ketika itu banyak sekali menghadapi tantangan dan peperangan. Baik peperangan menghadapi negeri-negeri yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Ottoman ataupun dari negara besar Rusia yang sering menjadi saingan berat kekaisaran Ottoman. Untuk melupakan segala macam tantangan dan kesulitan yang dihadapi kekaisarannya, Sultan muda itu menyibukkan dirinya dengan minuman keras dan menghabiskan hari-harinya dengan dayang-dayang istana. Dia mempunyai 23 orang puteri dan 17 orang putera yang dilahirkan oleh entah berapa orang selir disamping istrinya. Sultan Abdul Majid mangkat dalam usia 38 tahun sesudah mengidap penyakit TBC.

Abdul Majid digantikan oleh adiknya Abdul Aziz, yang ketika dilantik berusia 31 tahun. Sultan Abdul Aziz dipersiapkan benar oleh kakaknya Abdul Majid untuk menjadi Sultan dengan melatihnya segala macam kemahiran. Dia berkuasa selama 15 tahun dari tahun 1861 sampai 1876. Sultan yang baru ini adalah seorang insinyur kapal perang dan memberikan perhatian khusus kepada pengadaan kapal perang angkatan laut kekaisaran. Dia juga seorang pencinta seni, baik seni musik maupun seni lukis. Disamping itu dia juga seorang pencinta olah raga, khususnya olah raga gulat.

Perhatiannya yang berlebihan terhadap masalah angkatan laut dan olah raga gulat menjadi penyebab dia difitnah sebagai orang yang tidak becus mengatur negara. Fitnah yang diam-diam disulut oleh kemenakannya, Abdul Hamid II yang nantinya akan menjadi sultan pula. Untuk pembelian kapal-kapal perang, kesultanan Ottoman benar-benar bangkrut. Abdul Aziz berusaha menggunakan sistim perekonomian baru untuk membayar hutang-hutangnya tetapi tidak banyak berhasil. Dia diturunkan dari kekuasaannya pada tahun 1876 oleh kemenakannya dengan bantuan seorang penjabat istana bernama Mithat Pasa. Tidak tahan menanggung malu dia melakukan bunuh diri dengan memotong urat nadi tangannya.

Abdul Aziz digantikan oleh Sultan Murat V yang adalah anak laki-laki tertua Abdul Majid. Dia berumur 36 tahun waktu dinobatkan. Sultan yang baru ini agak lemah mentalnya. Terutama karena menyaksikan pengalaman pamannya Sultan Abdul Aziz yang dimakzulkan dan sampai bunuh diri, ditambah pula oleh kerusuhan di sekitar lingkungan istana ketika itu menyebabkan dia sakit ingatan. Dia dirawat oleh dokter terbaik kala itu yang tetap tidak mampu menyembuhkan penyakit mentalnya. Dia sering mengulang-ulang perkataan, ‘aku tidak menyukai hukum seperti ini’. Akhirnya sesudah menjadi sultan selama 93 hari, diapun turun tahta, dan digantikan oleh adiknya Abdul Hamid II.

Abdul Hamid II adalah sultan ke 34 kekaisaran Ottoman. Dia mengangkat Mithat Pasa yang telah menolongnya menyingkirkan pamannya Abdul Aziz, untuk menjadi perdana menterinya. Dia berkuasa selama 33 tahun. Dia tinggal di istana Dolmabahce hanya selama 9 bulan dan setelah itu pindah ke sebuah istana lain di Yildiz. Selama pemerintahannya Dolmabahce hanya digunakan untuk upacara kebesaran saja. Pemerintahan Abdul Hamid II tetap dihantui oleh kebangkrutan. Pada saat bersamaan dia juga mendapat tantangan dari negeri-negeri jajahan di daerah Balkan. Abdul Hamid II memerintah dengan caranya sendiri dengan mengumpulkan kekuasaan di tangannya. Perdana menterinya Mithat Pasa diasingkan ketika Sultan tidak lagi mempercayainya. Karena pemerintahan tangan besinya timbul kekuatan yang menolak kekuasaannya baik di dalam maupun di luar negeri. Timbul kerusuhan dimana-mana yang diprovokasi oleh sebuah komite yang bernama Komite Perserikatan Untuk Maju. Puncaknya terjadi pada tanggal 31 Maret 1909. Sultan mengerahkan tentara untuk menentang perusuh dengan cara kekerasan. Dia menjadi semakin tidak populer. Sesudah kerusuhan berdarah itu Komite Perserikatan Untuk Maju melalui perwakilan-perwakilan mereka memakzulkan Sultan Abdul Hamid II dan mengasingkannya.

Sultan Abdul Hamid II digantikan oleh adiknya Muhammad Rasyad V yang kala itu berusia 65 tahun. Selama pemerintahan Abdul Hamid II, dia dipenjarakan karena dia menyaksikan ketika paman dan abangnya yang lain diturunkan dari tahta.

Kekuasaan Muhammad Rasyad praktis hampir sudah tidak ada karena yang berkuasa adalah Komite Perserikatan Untuk Maju dibawah pimpinan trio Anwar Pasa, Talat Pasa dan Jamal Pasa. Di masa kepemimpinan Muhammad Rasyad, kekaisaran Ottoman kehilangan daerah kekuasaannya yang terakhir di Afrika yaitu Libya yang diduduki oleh Italia.

Ketika meletus perang dunia pertama, orang yang paling berpengaruh di antara trio triumvirate, yakni Anwar Pasa menggiring Ottoman kedalam kancah peperangan dengan memihak kepada Jerman karena dia berkeyakinan perang akan dimenangkan oleh Jerman. Akhirnya Jerman kalah dan Ottoman termasuk bagian dari kekalahan itu. Ketika berita kekalahan ini sampai ke telinga sultan tua yang sudah keletihan itu dia mangkat oleh serangan jantung.

Sultan berikutnya adalah Sultan Muhammad Vahdattin VI, putera keempat Abdul Majid, yang naik tahta di usia 57 tahun. Sultan yang dinobatkan ketika kekaisaran Ottoman sedang dirundung malang oleh kekalahan perang ini adalah pemimpin yang tidak mempunyai daya apa-apa lagi. Dia harus menandatangani akte genjatan senjata dengan kekuatan sekutu di atas sebuah kapal perang angkatan laut Inggeris. Sultan ini tidak punya pilihan apa-apa selain menandatangani persetujuan itu. Hal ini dijadikan alasan oleh Mustafa Kemal untuk mengatakan bahwa Sultan adalah pengkhianat.

Terjadi lagi keributan. Sultan Vahdattin meyakini bahwa revolusi Anatolia yang dipimpin oleh Mustafa Kamal sangat mengancam kekuasaannya. Dia menyetujui usulan pimpinan tentara untuk mengancam para pemimpin revolusi itu dengan ancaman hukuman mati. Akan tetapi suasana sudah tidak menolongnya karena revolusi itu sudah bergulir. Revolusi itu semakin cepat jalannya setelah angkatan darat Turki memasuki kota Istambul. Sultan Vahdattin minta perlindungan Inggeris dan mengasingkan diri ke pulau Malta.

Dengan berangkatnya Sultan Muhammad Vahdattin VI ke pengasingan di tahun 1922 boleh dikatakan berakhirlah kesultanan Ottoman. Dia masih digantikan oleh adiknya Abdul Majid Effendi tapi tidak lagi bergelar Sultan melainkan sebagai seorang Khalifah. Tepatnya sebagai Khalifah Orang Muslim. Abdul Majid Effendi tidak puas dengan posisi seperti itu dan berusaha bertindak seolah-olah dia adalah sultan. Dia mencoba mencampuri urusan negara yang kala itu diatur di Ankara. Akibatnya gelar khalifahnyapun dicopot, sesuai keputusan majelis nasional pada tanggal 3 Maret 1924. Dia diasingkan ke Perancis dan mangkat di Paris tahun 1944. Sejak dia diusir maka resmilah terbentuk Republik Turki.


*****

14. PENUTUP

Banyak pengetahuan yang aku dapat dari lawatan ini. Terutamanya pengetahuan tentang kesultanan Ottoman yang oleh sebahagian orang dianggap mewakili kekhalifahan Islam yang terakhir. Hal yang mungkin saja tidak seluruhnya benar dan tidak pula seluruhnya salah. Dimasa kejayaannya, kesultanan ini memang telah berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya mencakupi seluruh bagian pantai utara Afrika, sekeliling jazirah Arab mencakupi sebahagian besar Iraq, Syria, Yordania dan Palestina termasuk Israel sekarang, negeri-negeri Balkan yang sekarang menjadi Yunani, Serbia, Macedonia, Bosnia, Albania, Hongaria, Bulgaria. Sultan Ottoman yang paling terkenal dan diakui oleh dunia barat adalah Sultan Sulaiman Yang Agung (Sulayman the Magnificent). Jejak dari kebesaran itu adalah masih tertinggal pengaruh budaya dan agama Islam di negeri-negeri Eropah Balkan tadi, kecuali barangkali di Yunani.

Namun untuk mengatakan bahwa kesultanan itu sepanjang sejarahnya adalah benar-benar sebuah kekhalifahan Islam barangkali perlu pula dipertanyakan. Terutama sejak masuknya pengaruh dunia barat, mungkin melalui wanita yang kemudian menjadi ibu suri di lingkungan istana, yang lebih mudah dikenali sejak kepindahan tempat bersemayam sultan ke istana Dolmabahce. Meskipun sultan-sultan terdahulu tidak pula seutuhnya terbebas dari intrik dan perebutan kesempatan di dalam lingkungan istana, namun bekas nilai-nilai Islamnya mungkin masih lebih kuat seperti terlihat dari kecenderungan para sultan tersebut membangun mesjid (meski ini juga mungkin untuk kepentingan popularitas dan politik) dan hiasan-hiasan kaligrafi al Quran di Istana Topkapi.

Itulah paling tidak yang aku dapatkan dari perjalanan ini.

*****

Dari kunjungan ke Istana Dolmabahce kami langsung menuju ke Bandara Kemal Attaturk. Kami punya waktu yang cukup untuk proses check in dan pemeriksaan imigrasi karena jadwal pesawat kami adalah jam setengah delapan sore. Jam setengah lima sore kami sudah sampai di bandara. Proses check in cukup lancar. Kekhawatiran akan ada dampak pristiwa pembajakan pesawat hari itu kelihatannya tidak ada sama sekali. Suasana di bandara aman-aman saja. Kami baru bisa melakukan shalat zuhur dan asar (dijamak) di bandara ini karena waktu mengunjungi istana tadi tidak ada waktu untuk itu. Aku tidak pula mendesak untuk shalat di mesjid Domabahce misalnya karena memang sudah berniat akan mengerjakan shalat disini.

Ternyata pesawat kami tertunda selama hampir dua jam. Kami menunggu sambil termangu-mangu di ruang tunggu bandara. Aku mengamati calon penumpang Emirat yang akan terbang ke Dubai ini. Sebagian besar adalah wisatawan Arab dan ada juga wajah-wajah Cina atau Korea atau Jepang. Seorang calon penumpang Arab disampingku selalu bergumam, rupanya membaca ayat-ayat al Quran. Rombongan kami mewakili jumlah ‘orang asing’ yang lumayan banyaknya.

Jam setengah sembilan sudah masuk waktu magrib. Tapi di ruang tunggu ini tidak ada fasilitas untuk mengerjakan shalat, tidak ada tempat berwudhu. Tentu saja bisa bertayamum kalau mau. Tapi kelihatannya tidak ada yang berniat untuk mengerjakan shalat di ruangan ini. Tidak juga orang Arab yang mengaji tadi. Dan aku memilih menunda saja pelaksanaan shalat sampai di pesawat nanti.

Sudah lebih jam sembilan malam ketika kami naik ke pesawat. Sesudah kami duduk dengan cukup nyaman, sebelum pesawat bergerak, aku mengajak istriku untuk mengerjakan shalat. Kami menjamak shalat magrib dan isya.

Di sebelah istriku duduk seorang wanita muda. Mungkin seorang gadis, dengan pakaian musim panas, yang bagian bajunya hanya selembar tali di bahu. Ketika kami sudah selesai shalat dan ketika pesawat mulai bergerak ke landasan pacu, aku sempat melihat wanita muda itu berkomat-kamit sambil menadahkan kedua tangannya. Rupanya dia sedang berdoa. Sesudah kemudian berbincang-bincang dengan istriku, ketahuan bahwa dia adalah wanita Turki yang bekerja di Dubai. Rupanya seorang sekularist seperti dia di saat menaiki pesawat seperti ini timbul juga rasa takutnya sehingga dia ingat dan memerlukan pertolongan Tuhan.

Kami lalui penerbangan selama hampir empat jam ke Dubai. Sesudah makan malam aku berusaha untuk tidur dan sempat tertidur sebentar. Jam dua malam kami mendarat di Dubai. Kami harus turun karena pesawatnya akan diganti. Kami tidak turun dari belalai, tapi turun di tempat parkir pesawat di tengah bandara yang sangat luas itu. Dengan bus kami di bawa menuju ruangan transit yang lumayan jauhnya. Di dalam bus ada rekaman permohonan maaf dari petugas otoritas bandara atas ketidak nyamanan karena harus turun jauh dari ruang transit berhubung karena perluasan bandara sedang dalam pelaksanaan. Ada juga pemberitahuan agar penumpang transit segera turun di pemberhentian pertama sementara penumpang ke Dubai melanjutkan ke terminal atau pemberhentian berikutnya. Aku berdoa agar semua anggota rombongan memahami pemberitahuan itu. Soalnya kami sudah terpencar-pencar, sementara kami sudah harus segera boarding lagi untuk penerbangan lanjutan ke Jakarta melalui Colombo dan Singapura.

Kami benar-benar harus berpacu dengan waktu. Istriku agak kecewa karena tadinya dia berniat mampir di pertokoan bebas bea di Dubai, hal yang tidak mungkin lagi dilakukannya. Hampir jam tiga kami sudah masuk lagi ke pesawat yang akan lepas landas jam setengah empat subuh. Berikutnya kami jalani pula penerbangan selama enam jam ke Colombo. Hampir jam dua belas waktu setempat kami mendarat di bandara Colombo. Kami tidak dibolehkan turun dari pesawat. Dan ternyata di Colombo aku tidak bisa mengirim pesan melalui sms ke anak-anak di rumah, hal yang selalu aku lakukan selama perjalanan ini.

Jam satu siang kami lanjutkan lagi penerbangan ke Singapura. Waktu terbang selama tiga jam. Jam lima waktu Singapura kami mendarat di Singapura dan kami semua disuruh turun. Padahal untuk segera masuk lagi ke ruang tunggu persis dekat tempat kami keluar. Melalui gerbang pemeriksaan yang ketat. Jam enam waktu Singapura kami naiki kembali pesawat untuk mengakhiri perjalanan wisata kami menuju Jakarta. Sekitar magrib kami sampai di Jakarta. Harus antri agak lama di imigrasi, yang aku tidak tahu entah kenapa. Kami sudah dijemput oleh anak-anak, menantu dan cucu-cucu. Selesailah perjalanan wisata Dubai dan Istambul yang mengesankan.


*selesai*

No comments: