Tuesday, November 4, 2008

SANG AMANAH (46)

(46)


Hasil rapat guru-guru itu disampaikan pak Umar kepada seluruh murid SMU 369 pada waktu upacara penaikan bendera hari Senin berikutnya. Ditekankannya betul pentingnya arti perubahan yang diharapkan dari segenap guru-guru dan murid-murid. Mereka diminta untuk bersungguh-sungguh belajar serta meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tidak baik yang selama ini mereka lakukan di sekolah. Di samping itu pak Umar mengingatkan bahwa dia sudah meminta agar setiap guru mampu menegakkan disiplin dikalangan murid-murid. Mereka diingatkan untuk berprilaku sopan, jujur dan rajin. Dan diingatkannya pula bahwa guru-guru sudah diminta untuk menegakkan disiplin itu sebaik-baiknya. Jadi harap jangan heran kalau pada hari-hari mendatang penampilan guru-guru akan berbeda dari biasanya. Seandainya murid-murid berlaku tidak sopan, atau tidak jujur, atau tidak bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran maka mereka akan dikenai sangsi dan hukuman. Pokoknya, kesimpulan akhir adalah, semua fihak diminta merubah kebiasaan-kebiasaan buruk mereka selama ini. Pak Umar menegaskan bahwa mulai hari ini harap ditinggalkan kebiasaan berpacaran di sekolah, kebiasaan mencontek waktu ujian, kebiasaan membuat kegaduhan di dalam kelas. Pelanggaran atas peringatan dan larangan itu akan diberi sangsi berupa peringatan, yang pada gilirannya akan menjadihukuman yang berat, kata pak Umar.

Peringatan demi peringatan, atau peraturan demi peraturan yang disampaikan oleh pak Umar, sejak dari peraturan tidak boleh merokok, ditambah dengan peraturan-peraturan baru sekarang, tidak urung menjadikan popularitasnya menurun di kalangan murid-murid. Mereka menjulukinya ‘Umar Bakri yang reseh’. Tapi untunglah tidak ada yang berani menyebut julukan itu terang-terangan. Bagaimanapun, murid-murid itu umumnya merasa jeri dengan penampilan pak Umar yang berwibawa.


*****


11. Ibu Ningsih

Anto sedang berzikir sesudah shalat zuhur di mesjid sekolah dengan zikir yang panjang. Dengan tasbih, tahmid dan takbir. Dengan ungkapan rasa syukur dan dengan doa yang panjang. Doa yang khusyuk dan sungguh-sungguh. Anto memang sangat berubah sejak sebulan terakhir ini. Dia sekarang benar-benar sangat taat. Dia tidak pernah lupa shalat dan sebisanya shalat berjamaah di awal waktu. Kalau lagi di rumahpun Anto rajin shalat ke mesjid. Dan seperti syair lagu Bimbo, ‘ternyata shalat itu nikmat’. Anto bersyukur karena mami sudah banyak sekali kemajuan. Mami sudah boleh dikatakan sembuh sekarang meskipun masih terus melanjutkan terapi jus dengan sangat ketat. Kesembuhan mami ini benar-benar merupakan kurnia Tuhan, kemurahan Tuhan, mu’jizat dari Tuhan. Dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Penyakit mami yang sangat mengkhawatirkan beberapa waktu yang lalu sekarang hampir sembuh. Penyembuhan dengan cara pengobatan sangat sederhana yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Cara pengobatan yang diajarkan oleh pak Umar kepala sekolah SMU 369 yang baru. Segenap anggota keluarga Ir. Suryanto menyadari bahwa sakit dan kesembuhan itu adalah dengan izin Allah SWT. Dan semua yakin bahwa Allah yang menggerakkan pak Umar untuk datang berkunjung ke rumah mereka beberapa minggu yang lalu untuk menganjurkan cara pengobatan alternatif yang ternyata, dengan izin Allah, terbukti sangat manjur.

Mami berkali-kali menyatakan keinginannya untuk bertemu pak Umar untuk mengucapkan rasa terima kasih. Dia sangat ingin datang ke sekolah untuk mengucapkan terima kasih itu tapi papi melarangnya, karena menurut papi hal itu kurang pantas. Papi juga melarang untuk pergi ke rumah pak Umar sekarang-sekarang ini tanpa memberi tahu sebelumnya. Khawatir pak Umar nanti tidak siap menerima mereka dan merasa tidak enak dengan kedatangan itu. Papi mengingatkan mami bahwa pak Umar pernah berjanji akan datang melihat mami. Tapi mungkin sekarang beliau masih sibuk sehingga belum sempat. Maklumlah baru saja menjabat sebagai kepala sekolah di SMU 369. Papi hanya berpesan sama Anto kalau ketemu pak Umar agar menyampaikan salam papi atau bisa juga salam dari mami. Anto sih hampir setiap hari bertemu dengan pak Umar di mesjid saat shalat zuhur. Tapi tidak pernah sempat berbicara. Karena di mesjid sekolah sekarang banyak sekali murid-murid dan guru-guru yang ikut shalat berjamaah. Shaf paling depan biasanya sudah diisi oleh guru-guru dan beberapa murid yang memang rajin dan lebih awal datang ke mesjid.

Karena itu hari ini Anto datang lebih awal. Begitu jam istirahat dan azan terdengar, dia langsung menuju mesjid tergesa-gesa. Dia tidak memperdulikan Iwan yang berteriak memanggil-manggilnya mengajak pergi bersamaan. Anto sambil tersenyum kepada Iwan, tanpa komentar apa-apa, berlalu cepat-cepat. Dia mengambil tempat di shaf depan, persis di belakang imam. Mudah-mudahan nanti bisa bersalaman dengan pak Umar setelah selesai shalat. Mudah-mudahan pak Umar mengajak berbicara. Dan pada waktu itu Anto akan menyampaikan salam papi. Ternyata sesudah shalat dia memang bersalaman dengan pak Umar. Tapi pak Umar setelah itu langsung berzikir. Dan shalat sunat. Setelah itu keluar. Pak Umar tidak berbicara dengan siapa-siapapun setelah selesai shalat.

Jadinya Anto berencana pergi mampir saja setelah shalat ini ke kantor pak Umar. Untuk menyampaikan salam dari papi. Dan salam dari mami. Kalau ditanya, baru memberi tahu pak Umar tentang keadaan kesehatan mami. Anto sebenarnya ingin memberi tahu pak Umar bahwa mami sudah benar-benar hampir sembuh saat ini. Dan dia mewakili mami untuk mengucapkan terima kasih kepada pak Umar atas petunjuk pengobatan penyakit mami sampai mami sembuh seperti sekarang.

Selesai shalat Anto menuju kantor guru. Dia masih berfikir, apa yang akan dikatakannya kepada pak Umar. Masak hanya mengatakan ada salam dari papi sama mami? Masak mau mengatakan sengaja pengen ketemu aja? Kok mengada-ada bener? Mau sok akrab begitu dengan pak kepala sekolah? Atau dia berpura-pura mencari guru, lalu kebetulan bertanya ke pak kepala sekolah? Ah, itu juga sama konyolnya. Di ruangan guru kan banyak guru-guru. Guru mana yang akan dia cari? Dan masak bertanya harus langsung ke pak kepala sekolah? Tapi akhirnya Anto dapat akal. Dia akan menghadap pak Umar, untuk menanyakan kelanjutan pengobatan mami. Dia akan menanyakan sampai kapan mami harus menjalankan terapi jus. Ya… ini baru pertanyaan yang bagus. Tidak mengada-ada dan tidak konyol. Dan setelah itu baru menyampaikan salam dari papi dan mami tadi itu.

Anto memasuki ruangan guru. Banyak guru-guru sedang ngerumpi di dalam ruangan itu menunggu lonceng masuk kelas untuk pelajaran terakhir. Pak Muslih menyapa Anto dan menanyakan ada keperluan apa. Anto menjawab bahwa dia ingin bertemu dengan pak kepala sekolah. Pak Muslih memberi tahu Anto bahwa pak Umar sedang berkeliling sekolah. Ini adalah merupakan kebiasaan beliau, mengawasi tempat-tempat tersembunyi di sekolah itu pada saat-saat istirahat. Dan Anto minta izin kembali keluar dari ruangan guru itu mau mencari pak Umar. Tapi pak Muslih menyuruh tunggu saja di sana.

‘Kalau memang perlu, kamu tunggu saja sebentar di sini. Sebentar lagi bel masuk berbunyi, pak Umar pasti kembali. Nanti kamu boleh terlambat sebentar masuk kelas. Habis istirahat ini kelas kamu belajar bahasa Inggeris dengan saya, kan?’ kata pak Muslih.

Tapi sebelum Anto menjawab kepada pak Muslih, ternyata pak Umar sudah datang. Dan bel masuk kelas sedang berbunyi. Begitu melihat Anto beliau langsung menyapa, ramah.

‘Ada apa Adrianto? Menjemput guru? Kamu belajar dengan siapa setelah istirahat ini?’ tanya pak Umar.

‘Bahasa Inggeris , dengan pak Muslih, pak,’ jawab Anto.

‘Itu…. pak Muslih sudah siap-siap mau ke kelas kamu,’ kata pak Umar.

‘Tapi saya ingin menghadap bapak sebentar karena ada yang ingin ditanyakan, kalau diizinkan, pak,’ kata Anto pula.

‘Oh, ya?! Silahkan kalau begitu. Kamu minta izin dulu sama pak Muslih sebelumnya karena pelajaran segera dimulai,’ pak Umar mengingatkan.

‘Silahkan Adrianto, setelah selesai dengan pak kepala sekolah kamu segera masuk kelas,’ pak Muslih lebih dahulu memberi izin.

Anto mengikuti pak Umar ke ruangan kepala sekolah. Pak Umar mempersilahkannya duduk. Beliau langsung menanyakan keadaan mami.

‘Bagaimana keadaan ibu kamu, Adrianto? Bapak belum sempat juga datang mengunjungi. Bagaimana keadaan kesehatannya sekarang?’ tanya pak Umar bertubi-tubi.

‘Baik, pak. Bahkan sangat baik. Ibu saya sepertinya sudah sembuh. Beliau kelihatan sangat sehat sekarang. Saya ingin menanyakan apakah beliau masih harus meneruskan program terapi jus itu. Kalau iya sampai kapan harus diteruskan, pak. Oh, ya pak…. ibu dan ayah saya menyampaikan salam buat bapak. Terutama ibu saya. Beliau sangat ingin bertemu dengan bapak untuk mengucapkan terima kasih.’

‘Ya…. syukur alhamdulillah kalau begitu. Bapak sebenarnya berjanji dengan ayahmu untuk datang mengunjungi ibumu, tapi belum kesampaian. Baiklah. Insya Allah hari Minggu besok ini bapak akan datang. Tolong kamu sampaikan salam bapak kembali kepada ayah dan ibumu,’ kata pak Umar.

‘Bagaimana mengenai dietnya tadi pak? Sampai sekarang, sudah hampir sebulan beliau masih tetap meneruskan tidak mengkonsumsi apa-apa selain minum jus sari buah-buahan atau wortel. Ibu saya sangat disiplin sekali dalam hal itu. Apakah ibu saya sudah boleh makan nasi dengan lauk tertentu misalnya? Bagaimana menurut bapak?’ tanya Anto lagi.

‘Kalau makan nasi dengan lauk yang dibuat dari sayur-sayuran harusnya tidak akan berpengaruh. Apakah ibu kamu sama sekali tidak makan nasi selama satu bulan ini?’ tanya pak Umar pula agak kaget.

‘Ada tapi sedikit sekali pak. Saya pernah melihat ibu saya makan nasi tapi hanya beberapa sendok. Dan hanya nasi saja, tanpa lauk lainnya. Dan sampai sekarang ibu saya kelihatan semakin baik, pak.’

‘Mungkin karena disiplin yang ketat seperti itu ibu kamu cepat sembuh. Tapi baiklah, bapak akan menanyakan kepada saudara bapak yang pernah menjalani terapi yang sama, sampai kapan dia melakukan diet dengan terapi jus itu. Nanti kalau bapak bertemu ibumu hari Minggu, insya Allah akan bapak jelaskan. Ada lagi yang akan kamu tanyakan?’ tanya pak Umar.

‘Hanya itu saja pak. Terima kasih sekali lagi pak dan saya permisi kembali ke kelas,’ jawab Anto.

‘Baiklah,’ kata pak Umar.

*****

No comments: