Friday, March 21, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (12)

12. Berangkat Ke Mina


Hari Rabu dan Kamis malam sesudah shalat maghrib, ada taklim di mesjid Abu Bakar disampaikan oleh seorang ustad muda mesjid itu dalam bahasa Arab yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh seorang (mungkin) mahasiswa Indonesia disana perihal persiapan pelaksanaan haji. Jadi seperti manasik lagilah. Hanya saja ini untuk langsung dipraktekkan besok. Diantara yang disampaikan bahwa besok, hari tarwiyah, jamaah haji itu berangkat ke Mina untuk mabit disana sampai tanggal 9 Zulhijjah pagi. Setelah itu wukuf di Arafah, lalu mabit di Muzdalifah, melontar jumrah hari pertama, tawaf ifadhah dan sa’i, tahallul, melontar jumrah hari kedua dan ketiga dan hari keempat.

Dan itu pula yang ada dalam program kami. Hari Jumat 30 Januari atau 8 Zulhijjah, kami sudah bersiap-siap sejak pagi-pagi sekali. Sejak pulang dari shalat subuh bahkan ada yang sejak sebelum pergi shalat. Mandi, lalu memakai pakaian ihram dan melafazkan niat haji. Hari ini kami akan berangkat ke Mina. Mengikuti contoh Nabi SAW mengerjakan haji beliau dulu, berangkat ke Mina untuk tinggal disana sampai tanggal 9 Zulhijjah pagi, seterusnya meninggalkan Mina untuk sampai di Arafah sebelum zuhur. Ini termasuk yang berbeda dengan pelaksanaan haji saya tahun 90, waktu kami sore hari tanggal 8 Zulhijjah berangkat langsung ke Arafah untuk mabit / menginap di Arafah. Bagaimanapun cara itu berbeda, ini baru awal pelaksanaan haji yang sunnah (mengikuti cara nabi) sementara puncaknya (yang rukun) akan dilalui besok di Arafah.

Dari Aziziah ke Mina tidak jauh, kalau mengambil jalan pintas mungkin hanya kurang dari dua kilometer. Tapi kami menggunakan bus untuk kesana. Sebelumnya, fihak penyelenggara mewanti-wanti, bahwa jika sistim pembagian tempat seperti tahun kemarin, maka lokasi kami di Mina terletak sekitar 3 kilometer dari jamarat. Tapi ternyata, alhamdulillah, kali ini tempatnya persis di depan jumratul wustha, kira 50m saja jaraknya. Konon tahun lalu, jemaah khusus (ONH Plus) dari Indonesia berjumlah 24,000 orang. Pemerintah Arab Saudi mengalokasikan tempat yang dekat dengan jamarat di Mina untuk Indonesia hanya 12,000. Konon lagi, seperti tahun ini, pemerintah kita sesudah itu mendesak-desak minta tempat khusus itu untuk 24,000 orang. Tidak dikasih karena memang sudah tidak ada, dan karena tempat yang secuil itu dibagi-bagi pula untuk negara-negara lain. Jadilah pemerintah kita kelabakan. Akhirnya untuk keadilan, semua jamaah haji khusus, tidak ada yang mendapat tempat dekat jamarat, tapi semuanya ditempatkan 3 kilometer dari sana. Konon lagi, para penyelenggara haji khusus waktu itu, terutama yang super khusus, dikomplain habis-habisan oleh jamaahnya.

Dan pagi ini kira-kira jam setengah sepuluh kami berangkat meninggalkan Aziziah. Dalam pakaian ihram kami mengumandangkan talbiyah. Inilah awal dari rangkaian ibadah haji yang sesungguhnya, yang akan kami jalani sampai tanggal 13 Zulhijjah nanti. Lalu lintas menuju Mina tidak terlalu lancar meski juga tidak macet. Menjelang waktu zuhur, kami sudah sampai di tenda di Mina. Di gerbang tenda-tenda maktab 106 itu terpasang spanduk iklan dari hampir semua PT penyelenggara haji khusus. Kami melangkah melalui gerbang yang bisa ditutup dengan pintu besi dan dikawal petugas keamanan. Tenda untuk jamaah wanita dipisah dengan jamaah laki-laki. Di sebelah tenda kami adalah kafilah atau rombongan haji dari penyelenggara yang berbeda-beda. Masing-masing jamaah mendapat kasur bulu ayam selebar 60 senti, sudah ditutupi alas kasur dan sebuah selimut. Kasur yang satu berdempet dengan kasur yang lain. Tenda kami berada persis di dekat kamar mandi.

Sebelumnya sudah diberitahukan oleh para ustad pembimbing bahwa kami tidak akan melakukan shalat jumat karena semua anggota rombongan sedang musafir. Shalat zuhur, ashar dan isya akan dilakukan pada waktunya masing-masing tapi di ringkas (qasar).

Ketika waktu shalat zuhur masuk, bersahut-sahutan suara azan dari masing-masing tenda. Seorang anggota pengurus mengatakan bahwa shalat dilakukan sendiri-sendiri. Saya rasa pendapat itu keliru. Kemudian ternyata dia mengakui pendapatnya itu tidak benar dan kami shalat berjamaah. Shalat diatas hamparan kasur-kasur.

Pada waktu memberikan kultum sesudah shalat zuhur, ustad pembimbing mengingatkan bahwa kita (sudah) sedang melaksanakan ibadah haji. Jadi agar diingat hal-hal yang dapat mengurangi pahala haji atau mungkin bisa menyebabkan dikenakannya denda (dam) atau yang lebih parah lagi yang dapat membatalkan ibadah itu sama sekali. Ustad itu menceritakan apa saja yang akan kita lakukan di Mina, di Arafah, di Muzdalifah dan kembali ke Mina. Beliau juga menunjukkan sebuah ke’ajaiban’ Mina. Cobalah perhatikan, disini tidak ada lalat. Lihatlah nanti ketika tong-tong sampah sudah berisi sampah sisa-sisa makanan, coba perhatikan apakah ada lalat atau tidak. Hal yang beliau katakan ini terbukti memang demikian. Saya pernah menemukan seekor lalat, benar-benar seekor, waktu saya berdiri dekat gerbang maktab 106 ini. Memang aneh juga kalau dipikir-pikir. Saya tanyakan apakah ada hadits yang menceritakan tentang ‘keanehan’ Mina ini, ustad itu mengatakan tidak ada, tapi begitu kenyataannya. Allah seolah-olah menyingkirkan lalat-lalat itu agar tidak mengganggu jamaah haji di Mina.

Yang juga pantas diacungi jempol adalah pengadaan air. Di Mina seperti halnya di Madinah dan di Makkah, air keran selalu sangat deras, jauh lebih deras dari keran air di rumah saya. Rasanya seperti kita bukan sedang berada di tengah padang pasir ketika membuka keran air. Sebenarnya hal ini sudah saya dapati tahun 90 dulu. Hanya saja waktu itu air masih didatangkan dengan mobil-mobil tangki sedangkan sekarang air didistribusikan melalui pipa. Air tawar di sana berasal dari penyulingan air laut Merah yang dilakukan di Jeddah. Menurut pendapat saya ini adalah salah satu pelayanan yang baik yang diberikan pemerintah Saudi untuk jemaah haji.



*****

No comments: