Saturday, October 11, 2008

SANG AMANAH (12)

(12)

Tapi sekarang, pak Umar ini, pak kepala sekolah yang baru ini, yang sekarang statusnya belum kepala sekolah ini, mau datang menjenguk, melihat keadaan ibunya. Bukankah ini benar-benar mencengangkan? Tapi biarlah. Dia akan cepat-cepat pulang. Dia akan memberi tahu apa adanya. Bahwa ada pak kepala sekolah yang baru, pak pengganti kepala sekolah yang saat ini masih calon kepala sekolah, akan datang melihat mami bersama bapak kepala sekolah yang akan pensiun, yang akan segera digantikan. Terus kalau mami bertanya, bagaimana bapak-bapak ini tahu kalau dia sedang sakit? Anto akan bercerita. Anto akan menjelaskan apa adanya pelan-pelan nanti. Anto akan menceritakan tentang kenakalannya nanti. Pokoknya tentang segala-galanya. Tidak ada yang akan ditutup-tutupinya. Dan yang paling penting untuk diketahui mami adalah tekadnya untuk berubah. Anto sudah berjanji bersungguh-sungguh bahwa dia tidak akan bandel lagi. Bagaimana kalau mami kaget mendengar Anto yang begitu baik di rumah ternyata badung di sekolah? Dia akan mengulangi janjinya di hadapan mami. Bahwa dia akan sebaik di rumah kalau berada di luar rumah. Mudah-mudahan mami akan menerima keterangannya. Mudah-mudahan mami bisa memahaminya. Jadi tidak ada yang perlu dicemaskan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Seperti kata pak Umar tadi. Anto merasa tenang. Dengan perasaan mantap dia kembali ke kelasnya

Sampai di kelas, kali ini ibu Sofni yang bertanya.

‘Bagaimana Adrianto? Ada masalah apa lagi?’

‘Tidak ada masalah buk.’

‘Kenapa kamu barusan dipanggil pak Umar kembali? Ada apa?’

‘Pak Umar ingin mengunjungi ibu saya buk. Ingin melihat ibu saya yang sedang sakit. Tadi beliau menanyakan alamat rumah saya?’

‘Hanya itu?’

‘Ya buk. Hanya itu, buk.”

‘Baik kalau begitu, mari kita teruskan pelajaran kembali. Kamu boleh duduk..’

Anto kembali ke tempat duduknya. Iwan, teman sebangkunya bertanya setengah berbisik, karena hampir tidak percaya.’

‘Bener hanya itu?’

‘Ya, bener. Hanya itu.’

Iwan memperhatikan Anto dengan perasaan heran. Ini baru aneh.

*****


Pak Umar memberi tahu pak Suprapto bahwa dia sudah mendapatkan alamat Adrianto. Bahwa Adrianto hanya meminta agar kunjungan itu dilakukan kalau dia sudah sampai di rumah, jadi sekitar jam tiga nanti, agar dia bisa memberi tahu ibunya terlebih dahulu. Pak Suprapto setuju. Pak Suprapto menawarkan untuk naik mobilnya saja. Pak Umar menerima tawaran itu. Sementara itu pak Umar minta izin untuk melihat-lihat bagian lain dari sekolah. Pak Suprapto mempersilahkannya, sementara dia sendiri tinggal di kantornya karena ada hal-hal lain yang harus diselesaikannya.


*****

3. Hari Perkenalan (3)

Pak Umar memulai kunjungannya ke kantor Tata Usaha di sebelah ruang guru-guru. Kantor inipun sangat teratur dengan meja tulis, komputer, lemari-lemari besar tertata dan tersusun rapi dan bersih. Dindingnya dicat putih. Ada lima orang karyawan sekolah berkantor di sana. Kepala Tata Usaha adalah pak Dadang yang tadi sudah diperkenalkan oleh bapak kepala sekolah. Meja pak Dadang, terletak di pojok kanan, dibatasi penyekat dari rotan. Pak Dadang memperkenalkan karyawan-karyawan bukan guru SMU 369. Dimulai dengan yang berkantor di kantor Tata Usaha. Pertama-tama adalah pak Kosasih yang mengurusi perpustakaan sekolah dan laboratorium sekolah. Lalu ada pak Hamdan dan ibu Yasmiati sebagai juru tulis atau sekretaris sekolah. Dan ibu Astri sebagai penanggung jawab tata ruang dan penggunaan gedung sekolah. Ada satu orang lagi, pak Sumitro, petugas komputer yang kadang-kadang ikut berkantor di ruangan Tata Usaha, meski lebih banyak bertugas di ruangan komputer sekolah.

Pak Dadang memberitahukan pula nama-nama karyawan yang tidak berkantor di ruangan yang sama. Ada dua orang petugas masing-masing pak Simin, penjaga merangkap tukang kebun sekolah dan pak Tugiman sebagai penanggung jawab kebersihan ruangan-ruangan sekolah serta petugas dapur yang menyiapkan minuman guru-guru. Mereka ini tidak berkantor di kantor Tata Usaha. Ada ruangan khusus buat mereka di sebelah kantin sekolah. Terakhir adalah petugas Satpam sekolah, ada empat orang yang bertugas jaga bergantian. Siang hari hanya satu orang sedangkan malam hari ada dua orang petugas yang menjaga. Pak Umar menanyakan beberapa hal yang menyangkut urusan administrasi sekolah, tentang perpustakaan, tentang pengurusan laboratorium, tentang kebun mini, tentang sistim penyimpanan data guru-guru, murid-murid serta karyawan sekolah bukan guru. Pak Dadang menjelaskan dengan sangat rinci. Beliau ini benar-benar seorang petugas Tata Usaha yang sangat teliti.

Pak Dadang memintakan data-data pribadi pak Umar untuk keperluan administrasi sekolah.

‘Maaf, pak apakah saya bisa mendapatkan data-data pribadi bapak yang akan kami ‘input’ kan ke dalam pusat informasi?’

‘Tentu pak Dadang, saya akan memberikan biodata saya nanti kepada pak Dadang.’

‘Maksud saya, sementara ini mungkin saya bisa tahu terlebih dahulu alamat tempat tinggal bapak?’

‘Tentu saja. Saya tinggal di Kompleks Perumas Jatiwangi Blok D Nomor 3 di Pondok Gede Bekasi.’

‘Ya..ya.. langsung akan saya tulis saja nih pak. Bolehkah saya tahu nomor teleponnya juga?’

‘86475162.’

‘delapan – enam – empat – tujuh – lima – satu – enam – dua. Maaf apa saya boleh minta nomor HP bapak?’

‘Saya tidak punya HP, pak Dadang.’

‘Maaf kalau begitu pak. Jadi bapak hanya dapat dihubungi di rumah saja, kalau lagi tidak di sekolah?’

‘Kalau nanti saya sudah berkantor secara definitif di sini, saya akan berada kalau bukan di sini ya di rumah saya. Sementara kalau saya di jalan tidak akan mungkin di hubungi dengan HP. Bagaimana mungkin saya akan dapat berbicara di HP sambil mengendarai Vespa. Ha..ha..ha..ha..’

‘Iya pak…he..he..he… Lalu kalau mengenai jumlah anggota keluarga bapak?’

‘Baiklah. Mau langsung ditulis juga? Saya punya satu istri, namanya Fatimah. Seorang ibu rumah tangga biasa. Pendidikannya sampai Fakultas Sastra Inggeris. Dulu sama-sama jadi guru. Tapi dia kurang sabar. Setelah mengajar dua tahun tapi belum juga diangkat jadi pegawai negeri, akhirnya dia berhenti. Sejak kami menikah dia menjadi ibu rumah tangga saja. Anak saya tiga orang. Yang paling tua laki-laki, bernama Faisal, sekarang kelas tiga SMP. Yang kedua juga laki-laki, bernama Amir, kelas satu SMP. Yang terakhir, perempuan, namanya Fauziah, kelas empat SD.’

‘Maaf, yang tadi pagi dapat musibah yang mana pak?’

‘Yang nomor dua, Amir.’

‘Bagaimana keadaannya sekarang pak?’

‘Mudah-mudahan baik-baik. Tadi sempat dibawa ke rumah sakit untuk perawatan luka di kepalanya. Luka itu dijahit, tapi setelah itu dia sudah dibolehkan dokter pulang.’

‘Jadi selain luka di kepalanya itu tidak apa-apa ya, pak.’

‘Alhamdulillah, tidak apa-apa. Mungkin sedikit lecet-lecet. Tapi karena tadi darahnya lumayan banyak keluar jadi agak pusing-pusing. Oleh dokter disuruh istirahat dulu.’

‘Ya, mudah-mudahan cepat pulih pak.’

Rupanya pak Dadang mencatat semua informasi yang diperlukan yang disampaikan pak Umar itu langsung di komputer.

‘Baiklah, pak. Yang mengenai pribadi bapak biar saya nantikan biodatanya saja. Kami berharap bapak akan betah di sini dan semoga bapak dapat memimpin sekolah ini dengan sebaik-baiknya nanti.’

‘Insya Allah akan saya usahakan. Tolong saja bapak-bapak dan ibu-ibu doakan.’

‘Tentu, pak. Insya Allah kami akan doakan.’

‘Nah, satu hal terakhir. Berkaitan dengan doa. Apakah bapak-bapak dan ibu-ibu ini tidak memanfaatkan mesjid sekolah untuk shalat?’

‘Mh..eh..mh… ada juga pak. Kadang-kadang. Kadang-kadang. Tapi lebih sering kami shalat di rumah saja.’

‘Di rumah? Jam berapa bapak-bapak dan ibu-ibu sampai di rumah? Kan sudah habis waktu shalat zuhur?’

‘Mh..eh.. mh.. ya. Tidak juga pak. Saya biasanya jam tiga sudah sampai di rumah.’

‘Oh..begitu. Baiklah. Saya undang bapak-bapak dan ibu-ibu ini untuk menemani saya shalat zuhur di mesjid itu mulai besok.’

‘Ya..ya.. baik pak. Insya Allah pak…ya..’

‘Baiklah bapak-bapak dan ibu-ibu, saya akan meneruskan melihat-lihat dulu berkeliling. Apakah pak Kosasih bisa menemani saya untuk melihat-lihat perpustakaan dan laboratorium sekolah.’

‘Tentu pak.’

‘Baik. Kalau begitu kita pergi sekarang. Terima kasih bapak-bapak, ibu-ibu. Assalamu’alaikum.’

‘Wa’alaikum salam..pak.’

Pak Dadang dan pegawai Tata Usaha yang lain sangat terkesan dengan keramahan pak Umar. Orangnya penuh perhatian dan sangat bersahaja. Dan yang lebih mengesankan adalah kesalehannya. Pak Dadang merasa malu waktu ditanyai tentang seberapa sering dia mengerjakan shalat di mesjid sekolah. Sejujurnya sebenarnya dia hampir tidak pernah shalat di sana kecuali waktu shalat Jumat masih dilaksanakan di mesjid itu beberapa kali dulu, waktu mesjid itu baru selesai dibangun. Pak Dadang mengerti betul bahwa ajakan pak Umar untuk menemaninya shalat mulai besok di mesjid itu merupakan perintah. Ya biarlah, dia memang masih pantas untuk diperintah untuk menjadi taat dalam menjalankan agama. Diapun berjanji dengan dirinya untuk lebih memperhatikan shalatnya agar tidak terkesan nanti shalatnya karena pak Umar.


*****

No comments: