Thursday, October 23, 2008

SANG AMANAH (30)

(30)


Dan ceritanya orang tua murid yang satu ini menyerahkan segepok besar uang, untuk digunakan bagi pembangunan tambahan kelas. Itu adalah akhir babak pertama drama tiga babak yang dipertontonkan. Penonton bertepuk tangan riuh menyaksikan adegan lucu-lucu itu.

Kedua pembawa acara berbaju kebaya kembali muncul di panggung memberikan komentar tentang drama yang baru saja dipertunjukkan. Memang adalah kebiasaan pak Suprapto mendahului setiap orang yang datang menghadapnya mengucapkan selamat pagi dengan kata-kata, ‘…ya..selamat pagi..ada apa?’, seolah-olah orang lain sudah terlebih dulu menyapanya.

Acara berikutnya adalah selingan yang diisi oleh duet gitaris Adrianto dan Iwan Tirta yang membawakan lagu-lagu berirama ‘semi country’. Kedua anak muda itu kelihatan gagah dan sangat percaya diri. Adrianto berkulit terang, parasnya seperti orang mau tersenyum terus. Iwan Tirta berkulit agak gelap, dengan rambut ikal agak godrong, lebih pendiam dengan paras seorang yang serius. Keduanya menjadi idola anak SMU 369. Keduanya bersahabat karib, teman sekelas dan sebangku. Sejak mereka berkenalan pada waktu perkenalan siswa baru, keduanya sangat akrab karena sama-sama pintar bermain gitar. Selera mereka terhadap jenis musikpun agak mirip. Adrianto menyenangi dan menguasai lagu-lagu irama country sementara Iwan Tirta pengagum berat Ebied G. Ade. Suara mereka sebenarnya layak untuk dikomersialkan. Penampilan mereka begitu kompak dengan kepiawaian memetik gitar yang menakjubkan. Pada kesempatan ini mereka membawakan dua buah lagu, satu lagu ciptaan Ebid G. Ade, ‘Berita Kepada Teman’ dan sebuah lagu, ’Leaving on a jet plane’ yang dipopulerkan Bob Dylan berikut ini;

All my bags are packed, I’m ready to go
I’m standing here outside your door
I hate to wake u up to say goodbye
But the dawn is breakin, it’s early morning
The taxi is waiting, it’s blowing its horn
I’m ready, I’m so longsome, I could die

*So kiss me and smile for me
Tell me that u’ll wait for me
Hold me like u’ll never let me go
Coz I’m leaving on the jet plane
I don’t know when I’ll be back again
Oh babe, I hate to go
There’re so many times I let u down
So many times I’ve played around
The time u know, they don’t mean a thing
Every place I go, I think of u
Every song I sing, I sing for u
When I come back I’ll wear your wedding ring

back to *

And now the time has come to leave u
One more time and let me kiss u
Close your eyes and I’ll be on my way
Dream about the days to come
When I walk up to live alone
About the time that I won’t have to say

back to *

Tepuk tangan membahana sangat lama sesudah lagu ini dibawakan. Bahkan ada yang bersuit-suit. Ah, kedua anak ini pantasnya memang menjadi penyanyi profesional sungguhan. Entah kenapa mereka tidak mau menjadi penyanyi pro. Makin tergila-gila saja fans mereka. Dan makin beken saja mereka.

Acara dilanjutkan dengan tari kecak dari Bali. Tari ini melibatkan puluhan anak-anak yang ribut dengan suara berkecak-kecak cak..cak..cak.. Tari yang meriah dengan warna-warni cerah pakaian penarinya, menghidupkan suasana pagi itu. Para penari ini rupanya mempersiapkan pertunjukan mereka dengan baik sekali sehingga tarian itu jadi sangat enak untuk ditonton. Tepuk tangan meriahpun mengiringi penampilan mereka.

Pembawa acara mengumumkan bahwa drama akan dilanjutkan. Tepuk tangan kembali bergemuruh.
__________

Terlihat beberapa orang sedang bekerja mendirikan bangunan, menyusun-nyusun batu bata. Ada yang sibuk mengangkut balok kayu kusen. Pak ‘Suprapto’ ikut serta menyusun-nyusun batu bata. Selanjutnya terjadi dialog-dialog konyol seperti berikut;

‘Mahap, pak! Sampeyan ini tukang batu apa kepala sekolah?’

‘Lha…kelihatannya lebih cocok mana?’

‘Lebih cocok jadi tukang batu, tak iye.’

‘Ya, berarti saya kepala sekolah.’

‘Lho… tapi… kok sampeyan juga jadi kepala sekolah…. kerjanya tukang batu, tak iye? Bagaimana ini? Pussing aku, tak iye.’

‘Di sini kalau mau kerja sebagai tukang batu harus kelihatan sebagai tukang bakso, tapi kalau mau jadi kepala sekolah harus kelihatan seperti tukang batu.’

‘Tambah pussing aku.’

‘Berarti sampeyan seorang guru, hanya guru yang cepat pusing. Murid bandel pussing…. honor terlambat pussing…. angkutan mogok pussing…. rumah kebanjiran pussing…’

‘Tapi ini sampeyan mo bikin apa ini….. besar betul bangunan yang mo dibikin…?’

‘Mo bikin kolam renang…’

‘Haah…kepala sekolah tukang batu mo bikin kolam renang…kenapa ndak bikin tembok cina sekalian…lumayan buat jadi jemuran pakaian orang se Jakarta…’

‘Lha sampeyan ini siapa?…banyak tanya betul dari tadi….!’

‘Saya ini?’

‘Iya.. sampeyan!’

‘Saya ini?’

‘Iya…. sampeyan iki sopo?’

‘Saya ini… si gembala sapi, tak iye… yang bernyanyi ya ho ho..ya ho ho…’

‘Kerja sampeyan apa?’

‘Kerja saya?’

‘Iya , kerja sampeyan?’

‘Kerja saya ini?’

‘Iya sampeyan bedoun ini?’

‘Bila hari sudah petang… sapi pulang ke kandang…saya turut dari belakang…’

‘Ou.. sampeyan iki joki karapan sapi toh?’

‘Saya ini pemborong bangunan ini…tak iye.’

‘Yang mau diborong apanya?’

‘Ini sampeyan mau bikin tambahan kelas..iya to?’

‘Iya..saya mau cepat-cepat selesai makanya tak bangun sendiri..’

‘Iya…saya yang borong…’

‘Lho.. yang mau diborong opone?’

‘Ini bangunan kelas…. iya to…?’

‘Iya…’

‘Tak borong kelasnya…’

‘Mau diborong bagaimana maksudnya?’

‘Ini bangunan kelas semua yang lagi dibangun, iya to…?’

‘Iya…terus mau ngapain?’

‘Tak borong semua…. Semua tukang karapan sapi Madura mau tak masukin sekolah di sini ….’

Seorang yang berpakaian seperti tukang benaran, dengan topi caping gunung, memegang palu, masuk sambil kebingungan. Dia membuntuti pak Suprapto yang asyik menyusun bata. Kemudian bata yang disusun pak Suprapto itu dicopotnya satu persatu.

‘Ya.. selamat pagi… sampeyan ini siapa?’

‘Ya… selamat pagi juga… sampeyan juga siapa?’

‘Sampeyan iki sopo, mas?’

‘Sampeyan iki sopo, lik.’

‘Wah, nantang ini orang! Saya Suprapto… kepala sekolah!’

‘Wah, mbingungi ini orang! Saya Santoso…tukang bangunan!’

‘Tapi…lho.. kok mrotoli pekerjaan saya? Tukang bangunan apaan?’

‘Tapi..lho..kok mbikin bangunan sendiri? Kepala sekolah apaan?’

‘Saya ini kepala sekolah….mau bangunan ini cepat-cepat selesai…makanya tak bangun sendiri…habis tukangnya nggak datang-datang…nah kamu ini siapa hah…hah…hah…!’

‘Saya ini tukang bangunan….mau membangun ini pelan-pelan…. biar gaji harian nya lumayan …makanya saya datang terlambat….masak nggak tahu juga…hh…hh…hh?’

‘Kok hh..hh..hh?’

‘Itu artinya hah nya pelan-pelan…nggak berani kencang-kencang.’

‘Mau kerja sama siapa di sini?’

No comments: