Tuesday, March 25, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (23)

23. Tegoran Allah


Hari Jumat subuh saya terbangun dalam keadaan segar. Istri saya kebalikannya masih sangat lemah. Mungkin dia terlalu kecapekan sesudah thawaf dan sa’i kemarin. Subuh ini dia memilih tidak ikut ke mesjid lagi. Saya berangkat ke mesjid berdua dengan si Tengah. Pagi ini saya memakai jaket penahan dingin. Kami keluar sudah hampir jam setengah lima dan waktu masih di jalan berkumandang azan pertama. Sudah terlalu penuh untuk ke tempat saya shalat subuh kemarin. Saya ajak si Tengah ke tingkat dua. Saya tinggalkan dia di bagian jamaah wanita dan saya ingatkan untuk menunggu saya nanti sebelum pulang. Saya mengambil tempat sedikit ke belakang jalur thawaf di tingkat dua ini. Banyak orang yang thawaf subuh begini disini. Saya langsung shalat malam. Sesudah selesai shalat saya memperhatikan orang-orang yang sedang thawaf . Banyak diantara mereka yang setengah berlari-lari. Seperti berkejar-kejaran. Banyak yang berpakaian ihram. Tentu mereka melakukan umrah sunat dengan terlebih dahulu pergi miqat ke Tan’im.

Lalu berkumandang azan subuh. Orang-orang yang thawaf itu perlahan-lahan berhenti. Kami shalat qabliyah dua rakaat. Dan shalat subuh. Ternyata subuh hari Jumat inipun imam tidak membaca surah Alif Laam Miim Tanzil (sajadah). Agak sayang rasanya. Selesai shalat (dan shalat jenazah) dan zikir saya segera bangkit. Khawatir si Tengah telalu lama menunggu. Ternyata dia sudah berdiri disana. Kami segera pulang. Melalui tangga ke bawah dan di luar naik tangga lagi ke arah hotel di jalan yang sejajar dengan jalur Shafa – Marwa. Sejak kemarin subuh saya perhatikan ada antrian panjang jamaah wanita dekat tempat pengambilan air zam-zam. Rupanya antrian untuk mendapatkan pembagian mushaf al Quran. Mereka-mereka yang antri masing-masing memegang kupon yang nanti ditukarkan dengan al Quran. Saya tidak tahu dimana mereka mendapatkan kupon itu.

Kami terus berlalu menuju hotel. Istri saya masih tidur (tidur lagi sesudah shalat subuh). Begitu juga dengan si Sulung dan si Bungsu. Saya bangunkan mereka untuk pergi sarapan. Mereka bersiap-siap sebentar dan kami pergi ke ruang makan di lantai sepuluh. Waktu antri mengambil makanan saya bertemu dengan dokter rombongan. Dia bilang kalau kemarin dia datang ke kamar tapi saya sudah atau sedang tidur. Dan dia menanyakan bagaimana keadaan saya sekarang. Saya menjawab lepas, dengan maksud bercanda, bahwa penyakit saya sudah saya telan. Dokter itu tersenyum mendengar. Memang kelihatan anda segar-segar saja, katanya.

Kami sarapan dengan santai. Sesudah sarapan, waktu masih di ruangan makan ada pengumuman dari penyelenggara bahwa mereka menyediakan bantuan untuk menemani thawaf bagi yang belum mengerjakannya. Ada satu orang ibu-ibu yang belum thawaf dan menyatakan ingin ikut. Si Sulung berminat untuk ikut dengan mereka, tapi saya larang. Saya bilang biar saya temani saja. Si Sulung beralasan karena saya masih kurang sehat, jadi biar dia ikut petugas penyelenggara itu saja. Saya bilang orang masih berdesak-desak, orang yang akan mengantarkan itu pasti laki-laki, jadi kurang baik kalau dia ikut petugas itu. Si Sulung diam saja.

Kami kembali ke kamar. Hanya kira-kira sepuluh menit di kamar, tiba-tiba saya merasa kurang enak badan lagi. Saya tidur-tiduran dan tidak jadi membaca al Quran. Beberapa menit berlalu, saya mulai kedinginan. Saya beritahu istri saya kalau saya merasa tidak sehat. Dia meraba kening saya yang ternyata panas sekali. Saya minta obat turun panas seperti yang saya minum kemarin. Obat itu saya minum. Saya tetap tidur-tiduran. Sudah hampir jam sepuluh panas saya belum juga turun. Istri saya menyuruh si Bungsu memanggil dokter. Dokter itu datang dan terheran-heran. Kok......, katanya. Kan barusan waktu sarapan bapak sehat-sehat saja, ujarnya. Dokter itu memberi saya obat anti biotik serta obat flu. Saya segera meminumnya.

Pelan-pelan kembali ke dalam ingatan saya. Ini peringatan Allah. Saya telah takabur. Saya telah berdosa. Saya mengatakan kepada dokter itu tadi bahwa sakit saya kemarin sudah saya telan. Astaghfirullah....... Astaghfirullahal ‘azhiim. Saya istighfar berulang-ulang dan menangis. Ya Allah... ampunilah kelancangan hamba, ketakaburan hamba. Astaghfirullahal ‘azhiim, wa atubu ilaihi...... Saya ulang-ulang puluhan kali dengan air mata bercucuran. Istri dan anak-anak saya terheran-heran. Saya memohon sejadi-jadinya kepada Allah. Ya Allah, hari ini hari Jumat, ampuni hamba ya Allah, izinkan hamba untuk melaksanakan shalat Jumat di mesjidMu yang mulia ini ya Allah. Ya Allah sembuhkanlah hamba, ampuni hamba, maafkanlah kelancangan hamba karena kebodohan hamba.

Secara kenyataannya mungkin saya tertidur sejenak setelah lama menangis dan beristighfar itu. Sebentar, mungkin tidak sampai setengah jam. Jam setengah sebelas saya terbangun. Badan saya terasa enteng. Yang pasti sudah tidak panas. Saya bangun dan beristighfar kembali sebelum masuk kamar mandi. Saya mandi dan setelah itu bersiap-siap mau pergi ke mesjid. Istri saya meraba kening saya sebelum menanyakan apakah saya merasa cukup sehat untuk pergi ke mesjid. Saya jawab insya Allah saya sudah baikan.

Saya berangkat ke mesjid. Sudah hampir jam sebelas. Saya langsung saja mencari tempat ke lantai dua karena tidak yakin masih bisa dapat tempat di lantai bawah. Sesampai di mesjid, sesudah shalat tahiyatul masjid, saya baru sadar kelupaan membawa kacamata. Jadi saya tidak bisa membaca al Quran. Saya berzikir saja banyak-banyak dan beristighfar. Sambil merenung atas peringatan Allah yang telak betul kepada saya pagi ini. Dan Allah Yang Maha Pengampun Maha Penyayang, alhamdulillah, mengabulkan doa saya untuk dapat melaksanakan shalat Jumat dalam keadaan sehat siang ini. Sudah hampir jam setengah satu waktu azan pertama dikumandangkan. Sama seperti di mesjid Nabawi, di Masjidil Haram inipun azan shalat Jumat dua kali. Saya dengarkan khotbah Jumat dengan tenang tanpa mengantuk meski saya tidak terlalu faham apa yang disampaikan kecuali beberapa ayat yang saya kenal. Khotbah yang seandainya saya mengerti bahasa Arab pastilah sangat menarik karena khatib menyampaikannya dengan bahasa yang sangat lancar dan teratur.



*****

No comments: