Saturday, March 22, 2008

Oleh-oleh Dari Perjalanan Haji 1424H (19)

19. Mina


Mina adalah tempat dimana jamaah haji wajib mabit atau menginap minimum dua malam. Pada siang harinya, paling kurang tiga hari berturut-turut jamaah melontar jumrah, kegiatan lain dalam rangkaian ibadah haji. Tempat itu terletak di lembah antara dua bukit batu yang memanjang. Lembah yang relatif sempit itu saja, tentu tidak cukup untuk menampung dua setengah juta jamaah haji. Ada hadits Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa Mina itu seperti perut ibu, yang artinya bisa menggelembung atau bertambah besar. Para ulama menafsirkan bahwa Mina yang sempit itu ‘bisa’ diperluas ke belakang bukit. Dan disanalah sebagian besar jamaah haji mabit pada hari-hari tasyrik.

Bukit-bukit batu yang mengapit Mina dalam ilmu geologi disebut ‘batholith’, tubuh intrusi batuan beku yang menjulang tinggi ke udara. Batuan masif dari jenis diorit, bertekstur kasar sehingga butir-butiran mineralnya dapat terlihat jelas bila batu itu disayat. Mineral-mineralnya berwarna pucat kemerahan sampai berwarna agak gelap. Batuan yang lebih asam dari diorit (berwarna lebih terang, banyak mengandung silika atau kwarsa), tapi bertekstur sama kasarnya, adalah batu granit yang kalau sudah dipoles rapi biasanya dijadikan lantai di rumah-rumah mewah. Jika teksturnya lebih halus tapi kandungan mineralnya sama, batuan itu disebut andesit. Kita lebih mengenal yang terakhir ini sebagai batu kali yang biasa digunakan untuk fondasi rumah.

Bukit-bukit batu yang kita lihat di Makkah maupun di Madinah umumnya terdiri dari jenis batuan diorit dan granit ini. Ornamen batu di mesjid Nabawi bagian belakang yang baru dibangun sesudah tahun 90an menggunakan bongkahan-bongkahan granit/diorit yang disayat halus dan dipoles. Saya pernah menonton tayangan tv beberapa tahun yang lalu tentang industri pemotongan dan pemolesan batu tersebut disuatu tempat di Arab Saudi.

Baik granit maupun diorit mempunyai kekerasan sekitar lima sampai enam pada skala Mohs, suatu sistim skala kekerasan yang menempatkan kapur tulis yang rapuh itu pada skala satu dan intan pada skala sepuluh. Artinya dengan menggunakan ‘pisau’ atau alat potong intan atau tungstein yang lebih keras lagi maka batuan itu dapat dibentuk suka-suka.

Karena sangat kaya dengan hasil penjualan minyak, sebagai penghasil serta pengekspor minyak terbesar di dunia (ekspornya pernah mencapai 10 juta barrel sehari), Kerajaan Arab Saudi mampu membuat dan membeli apa saja dengan uangnya yang banyak itu. Pemerintah negeri itu membuat dan melengkapi berbagai prasarana untuk memudahkan tamu-tamu Allah yang datang berhaji setiap tahun. Tentu saja sarana dan fasilitas itu tidak sekali buat seluruhnya tapi mereka tambah dan tingkatkan dari tahun ke tahun. Diantara sarana-sarana yang dibuat itu adalah terowongan-terowongan yang menembus bukit-bukit di Makkah sampai ke Mina untuk memudahkan jamaah berlalu lalang di antara kedua tempat itu pada saat melaksanakan ibadah haji. Bukit batu tadi ditembus bagai menembus gundukan pasir di pantai saja. Dan terowongan-terowongan itu memang banyak sekali manfaatnya bagi jamaah haji. Tatkala salah satu terowongan di Mina menimbulkan kecelakaan di tahun 90 karena satu terowongan digunakan untuk dua arah pergi dan pulang, maka tahun-tahun berikutnya terowongan itu dibuat kembarannya. Satu untuk yang pergi, satu untuk yang pulang dari arah tempat melontar. Begitu pula di Makkah banyak sekali dibuat terowongan.

*****

Jamaah haji yang pergi melontar jumrah berlanjut sampai malam hari. Sampai jam delapan malam jumlahnya tetap saja ramai. Gelombang manusia yang bagai tidak habis-habisnya itu datang dan pergi dari dan ke bagian Mina di sebelah bukit batu, melalui terowongan Mina. Malam itu saya berdiri lagi ke gerbang tenda ditemani anak-anak menunggu adik istri saya yang juga berhaji dengan suaminya. Kami sudah berkomunikasi melalui HP sejak kami berada di Madinah, tapi insya Allah baru malam ini akan bertemu disini, di Mina. Pada saat mereka kembali dari melontar. Kepadanya telah dijelaskan dimana posisi tenda kami berikut tanda-tanda untuk menemukannya. Dan tanda yang paling bagus adalah kami sendiri berdiri di depan menunggu mereka.

Lautan manusia mengalir tak putus-putus. Saya memandangi mereka yang berlalu itu dengan perasaan yang entah bagaimana. Melihat pemandangan seperti ini di malam hari menjadikan haru yang dalam pula di hati saya. Terngiang-ngiang, Labbaika Allahumma labbaik. Kami datang memenuhi panggilan Mu ya Allah. Kami datang beribadah kepadaMu ya Allah. Ke tempat yang jauh ini. Ke lembah yang sehari-harinya sunyi ini. Kami datang memenuhi perintah Mu. Kami taat dan patuh kepada Mu ya Allah. Ya Allah saksikan ketulusan hati kami ini. Ya Allah terimalah amal ibadah kami ini. Ya Allah peliharalah kami, lindungilah kami, maafkanlah kami. Dalam perasaan saya seperti itulah kira-kira doa setiap manusia yang berlalu ini. Saling berdoa untuk kebaikan semua. Dan saya menggumam doa itu dalam hati. Dengan airmata bercucuran memandangi mereka, saudara-saudara seiman dari segala bangsa.

Berkali-kali saya menyeka airmata dengan kain sorban yang terlilit di leher saya. Sambil memandang dan mencari-cari adik ipar dan suaminya. Tiba-tiba dari kejauhan tampak lambaian tangan. Tak pelak lagi itu adalah mereka. Dengan langkah seirama dengan jamaah yang banyak. Makin mendekat ke arah kami. Anak-anak menyambut ‘etek’ mereka itu dengan sukacita. Mereka berpeluk-pelukan. Kami masuk ke tenda untuk beramah tamah. Bercerita pengalaman-pengalaman yang kami alami. Suami adik ipar bercerita bahwa dia nyaris ikut terkorban pagi kemarin seandainya tidak di tolong oleh seorang jamaah dari Afrika yang membimbingnya keluar dari kerumunan manusia dalam keadaan lemas. Saya koreksi, kamu ditolong Allah dengan tangan jamaah dari Afrika itu.

Kami berbincang-bincang agak lama. Sampai akhirnya mereka mohon pamit untuk kembali ke tenda mereka. Kami antarkan mereka ke gerbang. Dan kami lihat mereka tenggelam ke dalam lautan manusia, yang hanya sedikit berkurang pada jam sepuluh malam ini. Menuju ke tenda mereka sekitar dua kilometer dari tempat kami. Mereka akan melalui terowongan Mina.



*****

No comments: