Monday, October 27, 2008

SANG AMANAH (35)

(35)


Jam sembilan tigapuluh tepat bel berbunyi. Jam istirahat pertama. Guru-guru mengakhiri pelajaran dan murid-murid keluar kelas bergerombol-gerombol. Tujuh ratus lebih murid SMU 369 dari delapan belas kelas sekarang berkeliaran di setiap pojok area sekolah. Sebagian pergi ke kantin. Tapi kantin hanya mampu menerima kehadiran sekitar empat puluh sampai lima puluh orang. Itupun sudah berdesak-desak. Sisanya? Mereka sepertinya punya tempat beristirahat sendiri-sendiri tanpa ada yang terlalu perduli. Ada yang ke pojok-pojok sepi sekolah berdua-duaan. Ada yang berkumpul di tempat yang tidak terawasi untuk….merokok bersama. Ada yang bergerombol di lapangan parkir mobil di bawah pohon yang sejuk. Ada yang hanya di luar kelas saja. Ada yang masuk ke perpustakaan. Ada yang menyempatkan main basket atau sekedar melempar-lemparkan bola ke ring basket, meski hari panas. Waktu istirahat lima belas menit. Selama lima belas menit itu terjadi keriuhan luar biasa di area sekolah.

Pekarangan di samping selatan mesjid adalah tempat yang sangat favorit bagi pecandu rokok. Tempat ini luas, terlindung pula. Jam istirahat adalah merupakan waktu pertemuan para ‘smokers’ di tempat ini. Hal ini sudah berlangsung lama. Mungkin ada guru yang tahu bahwa anak-anak merokok di sana tapi tidak pernah ada yang perduli. Di sana para perokok bergerombol dalam beberapa kelompok kelas atau kelompok pertemanan, saling berbagi cerita sambil menghisap rokok. Boleh dikatakan tempat itu juga adalah arena tempat belajar merokok. Umumnya murid-murid yang tadinya belum pernah menghisap rokok terpancing untuk ikut-ikutan mencoba.

Seperti biasanya pagi inipun ramai dengan para ‘smokers’. Sekitar tiga puluhan orang bergerombol dalam enam kelompok. Riuh dengan ketawa mendengar banyolan-banyolan. Dan ‘full of asap rokok’ tentu saja. Obrolan mereka tentu bermacam-macam. Dari barat sampai ke timur. Dari acara perpisahan pak Suprapto sampai kedatangan pak Umar yang mereka juluki Umar Bakri. Dari urusan pinjam meminjam buku sampai cerita sinetron. Pokoknya semuanya lengkap.

*****

Pak Umar sudah memilih titik sasaran untuk pagi ini. Pelan-pelan dia berjalan di emperan kelas paling utara di gedung sebelah barat. Murid-murid yang juga berkeliaran di sepanjang bagian luar kelas itu memberi salam. Tidak ada yang curiga apa-apa. Memang biasa juga guru-guru seperti mengawasi murid-murid dengan berjalan berkeliling di bagian luar kelas seperti itu di saat jam istirahat. Pak Umar meneruskan langkahnya ke dekat mesjid sekolah. Dia tidak masuk ke mesjid tapi berputar ke bagian sebelah barat mesjid. Di samping mesjid sebelah selatan itu atau lebih tepatnya di belakang tempat berwudhu adalah titik rawan yang sudah di curigainya. Benar saja. Dia tidak melihat siapa-siapa di belakang tempat wudhu itu karena terhalang temboknya, tapi dia melihat kepulan asap ke udara dari bagian atas tembok itu. Dan mereka yang berada di sebelah tembok pasti tidak ada yang tahu kedatangan pak Umar. Mereka kedengaran sangat riuh dan berisik dengan suara ketawa lepas, ramai sekali. Pak Umar tidak mendekati mereka dari dekat tempat wudhu tapi berputar melalui bagian mihrab mesjid di sebelah barat. Dan di sana… ada pesta merokok. Ada sekitar tiga puluhan murid sedang asyik menikmati rokok. Sebagian besar tidak sadar dengan kehadiran pak Umar yang tiba-tiba itu. Hanya dua tiga orang yang melihat. Mereka yang tiga orang ini membuang rokok dan berusaha untuk meninggalkan tempat itu. Pak Umar tepat melihat kepada mereka bertiga. Pak Umar mengucapkan salamnya yang khas. ‘Assalamu’alaikum anak-anak….’ Maka terjadilah kepanikan luar biasa. Hampir serentak mereka berpaling ke arah pak Umar dan hampir semua spontan membuang rokoknya. Pak Umar melanjutkan.

‘Semua! tolong mengambil kembali rokok yang sudah dibuangnya! Semua tanpa kecuali…ya..ya..semua… Tidak….kalian tidak boleh ragu-ragu… Kalian tidak boleh ragu-ragu dan saya bersungguh-sungguh menyuruh kalian mengambil kembali rokoknya. Dan jangan ada yang meninggalkan tempat ini…itu namanya pengecut. Kalian tidak akan dihukum…. tidak akan diapa-apakan. Hayo! Semua ambil kembali rokoknya di tanah itu.. Ya..ya kamu juga…saya melihat kamu barusan membuang rokok kamu, ambil lagi! Silahkan dinikmati, silahkan merokok dengan santai… Sudah semua? Sudah semua memegang kembali rokoknya? Ya..ya..silahkan kalau mau dihisap lagi, jangan ragu-ragu… Sekarang kalian semua ikuti saya…kita jemput teman-teman kalian di sebelah sana. Pasti juga ramai yang sedang merokok di sana…Tidak…bukan…saya koreksi..bukan kalian mengikuti saya…tapi kalian berjalan di depan…kita ke samping gedung di sebelah timur…ayo mulai jalan. Hayo jalan…jangan ada yang membuang rokoknya, sayang masih panjang…dan silahkan dihisap..ya…silahkan dihisap santai saja… Kita melalui samping mesjid dulu, biar bisa menemui teman-teman kalian tanpa mengagetkan mereka…hayo jalan ke sini!’

Arak-arakan sekitar tiga puluhan murid, masing-masing memegang rokok berjalan berbaris-baris menuju ke gedung sebelah timur merupakan pemandangan yang luar biasa. Mereka mengambil jalan agak berputar melalui pekarangan antara gedung lama sebelah timur dan gedung baru. Sasaran adalah di belakang gedung baru di sudut tenggara, dekat pagar sekolah. Karena yang paling depan adalah sesama perokok, mereka yang berkumpul di pojok tenggara ini tidak curiga apa-apa. Mereka semua baru kaget waktu pak Umar muncul di tengah-tengah tiga puluhan orang itu. Melihat kehadiran pak Umar masih ada yang sempat membuang rokoknya. Seperti tadi pak Umar menyuruh mereka yang membuang itu memungut rokoknya kembali. Di sini ada sekitar lima belasan perokok.

‘Baiklah. Sekarang kita akan pergi ke ruang serba guna di atas dan akan berbincang-bincang di sana. Hayo…..semua kita ke sana dan kita melalui tangga di tengah gedung sebelah sana. Mari silahkan…jangan ada yang membuang rokoknya ya!’

Sekarang empat puluh lima orang berbaris-baris dengan rokok di tangan. Mungkin semua menggerutu dalam hati. Ini rokok sialan kok masih lebih dari separo dan terpaksa dipegangi terus. Mereka beriring-iringan menaiki tangga. Pak Umar memerintahkan seorang murid untuk memanggil pak Mursyid dan pak Hardjono dan meminta keduanya menyusul ke ruang serba guna di lantai dua. Murid itu, yang memandang rombongan itu sambil melongo, bergegas mencari pak Mursyid dan pak Hardjono ke ruangan guru. Semuanya disuruh duduk di ruangan seba guna itu dengan tangannya tetap masih memegang rokok masing-masing. Meski tidak dihisap, tidak ada yang berani menghisap, ruangan itu pelan-pelan dipenuhi asap rokok.

‘Baiklah anak-anak sekalian, sementara menunggu pak Mursyid dan pak Hardjono silahkan dinikmati rokok kalian, silahkan dihisap. Kenapa tidak ada lagi yang menghisap rokoknya? Silahkan, sayang..rokok mahal-mahal dibeli tidak dinikmati. Dan saya tidak marah. Saya tidak sinis. Saya tidak sedang dan tidak akan menghukum kalian karena kalian merokok, jadi silahkan dinikmati rokoknya!’

Pak Umar melayangkan pandangannya ke sekeliling. Ternyata tidak ada yang berani. Ternyata nyali mereka ciut. Pak Mursyid dan pak Hardjono datang di ruang serba guna.

‘Terima kasih pak Mursyid, pak Hardjono. Mari kita duduk bersama di depan sini, karena saya ingin berdiskusi dengan anak-anak ini dan saya minta bapak-bapak berdua bisa menjadi saksi tentang apa yang akan kita bicarakan.’

Pak Umar mengambil tempat di depan ruang serba guna itu bersama kedua guru olah raga itu dan mulai dengan wejangannya.

‘Baiklah, anak-anak sekalian. Saya ulangi sekali lagi, saya tidak dalam rangka mau menghukum kalian gara-gara rokok. Saya juga tidak ingin menanyakan kenapa kalian merokok, karena itu bukan urusan saya. Saya bahkan tidak melarang kalian untuk merokok karena itu adalah hak kalian. Saya ulangi sekali lagi…. saya tidak melarang kalian untuk merokok. Dan saya tidak mungkin melarang kalian merokok karena saya tidak akan mampu mengawasi kalian terus menerus. Sampai di sini jelas?’

Tidak ada yang menjawab dan tidak ada yang bersuara. Terdengar bel masuk kelas berbunyi.

‘Tapi…harap kalian perhatikan! Tapi… di sekolah ini saya melarang kalian merokok. Ini adalah peraturan sekolah. Kalian dilarang mengotori udara di sekolah ini dengan asap rokok. Peraturan ini harus ditegakkan. Dimana-mana di dunia ini ada peraturan, dan di sekolah ini kita juga mempunyai peraturan. Adalah tugas saya untuk mengawasi tegaknya peraturan itu. Untuk yang sudah terjadi sampai hari ini, bahkan sampai saat ini, saya maafkan. Mungkin kalian belum tahu adanya peraturan tidak boleh merokok, mungkin kalian tidak diingatkan, atau mungkin kalian merasa bahwa peraturan itu tidak pernah ditegakkan dengan sungguh-sungguh atau apapun alasannya, saya tidak ingin mempermasalahkannya. Yang sudah berlalu..sudah selesai..tidak kita ungkit-ungkit lagi. Untuk yang akan datang…saya sampaikan kepada kalian sekali lagi, kita punya peraturan. Dan saya ditugaskan untuk mengawasi tegaknya peraturan itu di sini. Peraturan itu tidak akan ada artinya kalau tidak dipatuhi. Untuk menegakkan peraturan perlu adanya jaminan agar peraturan itu tidak dilanggar. Perlu adanya sangsi. Saya tidak tahu apakah selama ini sudah ada sangsi. Apakah ada sangsi selama ini untuk pelanggaran merokok yang dilakukan oleh murid di sekolah, pak Mursyid?’

‘Saya tidak ingat pak. Yang saya tahu biasanya kalau kedapatan, oleh guru-guru diperingatkan saja.’

‘Baiklah, kalau begitu. Kita anggap saja bahwa selama ini belum ada sangsi. Mulai hari ini akan saya tetapkan sangsi bertahap sebagai berikut. Pertama, setiap murid yang kedapatan merokok di dalam pekarangan sekolah pada hari itu akan di suruh pulang, tidak boleh ikut belajar dan ini akan dicatat di dalam buku catatan kepribadian masing-masing. Oh ya..catatan kepribadian ini wajib dipunyai masing-masing siswa. Catatan kepribadian ini akan diisi oleh guru piket pada saat kalian melakukan pelanggaran. Setiap murid akan diwajibkan mempunyai catatan keperibadian. Kalau kalian dicurigai melakukan pelanggaran apa saja maka yang pertama-tama akan ditanyakan adalah catatan kepribadian kalian. Jadi harap berhati-hati dengan buku catatan keperibadian itu. Pelanggaran merokok yang kedua kalinya akan dikenai sangsi diskors atau tidak boleh masuk sekolah seminggu. Hal ini bukan saja dicatat di buku catatan keperibadian tapi juga dengan memberi tahukan kepada orang tua yang bersangkutan. Pelanggaran ketiga kali, sangsinya yang bersangkutan dinyatakan langsung tidak akan naik kelas. Dan kalau yang bersangkutan kelas tiga, tidak diijinkan ikut ujian akhir sekolah. Mungkin ada pertanyaan sampai di sini?’

Tidak ada yang bertanya. Semua murid itu berpandang-pandangan.

‘Ada yang ingin ditanyakan?’ pak Umar kembali menawarkan.

‘Apa saya juga boleh bertanya pak?’ tanya pak Mursyid.

‘Oh tentu, silahkan pak Mursyid!’

‘Bagaimana kalau seorang murid kedapatan merokok di sekolah sudah diluar jam pelajaran. artinya sesudah lonceng pulang sekolah dibunyikan?’

‘Tetap dicatat di buku catatan keperibadian. Jadi tujuan utamanya adalah penegakan hukum. Mereka yang melanggar sekali dapat sangsi ringan, melanggar kedua kali sangsinya bertambah berat, melanggar ketiga kalinya lebih berat lagi.’

Semua diam. Semua tidak ada yang berkomentar. Tapi tiba-tiba seorang murid mengangkat tangan.

‘Silahkan. Siapa namamu dan dari kelas berapa?’ tanya pak Umar.

‘Terima kasih, pak. Nama saya Asrul dari kelas dua B, pak. Pertanyaan pertama apakah peraturan yang bapak katakan dengan sangsi itu mulai berlaku sekarang? Yang kedua, mungkin masih ada di antara kami yang punya kebiasaan merokok tapi tidak hadir di sini saat ini. Apakah mereka juga dikenakan sangsi yang sama mulai hari ini juga? Itu saja pertanyaan saya pak, terima kasih.’

‘Pertanyaan yang bagus. Sebelumnya apa saya boleh minta tolong pak Hardjono? Mengedarkan kertas untuk absensi mereka yang hadir di sini sekarang. Nah! Menjawab pertanyaan Asrul ini, bagi kalian yang hadir di sini sekarang, peraturan itu segera berlaku sejak hari ini. Jadi jangan ada yang berani lagi mencoba merokok pada waktu istirahat kedua nanti. Bagi mereka yang tidak hadir di sini masih akan ada kelonggaran hari ini. Nanti pada waktu istirahat kedua saya akan melakukan penggeledahan lagi. Kalau kalian ingin berbuat baik kepada mereka yang kalian kenal silahkan di beri tahu. Besok pagi sebelum masuk kelas semua murid akan dikumpulkan di lapangan upacara untuk menyampaikan aturan berikut sangsi ini.’

No comments: