Friday, December 5, 2008

SANG AMANAH (84)

(84)

19. Latihan Basket

Ada upacara bendera seperti setiap hari Senin di lapangan tengah SMU 369. Murid-murid berbaris rapi sesuai dengan kelasnya masing-masing. Biasanya, di sekolah manapun, acara pada upacara seperti ini selalu membosankan. Menaikkan bendera, hormat bendera, menyanyikan lagu kebangsaan, mengheningkan cipta, amanat inspektur upacara dst.dst. Tidak ada yang salah dengan acara-acara itu. Tapi kalau yang dilakukan setiap hari Senin, di bawah sengatan matahari Jakarta yang meski baru jam tujuh pagi tapi sudah terasa menggigit, selalu itu-itu melulu, ya pasti ada bosannya.

Pak Umar paham benar tentang hal itu. Beliau mengerti bahwa anak-anak remaja itu pasti akan cepat bosan dengan acara rutin seperti itu. Namun menghilangkan sama sekali kegiatan ini tentu tidak mungkin. Menghargai dan menghormati bendera sebagai simbol pemersatu bangsa itu perlu. Menyanyikan lagu kebangsaan untuk memupuk semangat cinta tanah air adalah perlu. Mendengarkan nasihat dari kepala sekolah meskipun terasa diulang-ulang untuk mengingatkan agar setiap individu di sekolah itu berprilaku, berkepribadian, bermoral baik juga perlu. Maka agar rutinitas tadi tidak terasa hambar, pak Umar memperkenalkan sesuatu yang baru.

Acara itu adalah ‘berpidato’ oleh murid-murid pada hari upacara. Tepatnya, setiap kelas bergantian menyampaikan pidatonya setiap hari Senin, yang diwakili oleh seorang murid kelas yang bersangkutan. Murid-murid kelas menentukan atau memilih di antara ‘warga’ nya siapa yang akan menyampaikan pidato mingguan itu. Temanya bebas, tapi harus memenuhi aturan yakni, tidak menggunakan kata-kata kasar dan jorok, tidak memaki-maki dan menjelek-jelekkan siapapun dan tidak menghasut. Boleh mengeritik siapa saja, memprotes siapa saja, termasuk guru-guru bahkan kepala sekolah sekalipun, tapi kritikan atau protes itu harus didukung data dan fakta.


Ternyata acara ini disenangi. Karena ada nilai tantangannya. Mula-mula mungkin karena sesuatu yang baru, jadi banyak yang ingin tahu dan tertarik untuk mencoba. Menggunakan teks tidak dilarang, tapi yang lebih utama dan dianjurkan adalah berpidato tanpa teks. Dan ternyata tidak mudah untuk berpidato. Perlu kepintaran berbicara, kepintaran membentuk kerangka yang akan dibicarakan, kepintaran menguasai bahasa. Dan yang paling sulit dirasakan oleh kebanyakan mereka yang berpidato adalah perasaan demam panggung. Mental atau nyali harus kuat. Betapa sulitnya meyakinkan diri sendiri waktu berpidato di hadapan sekitar delapan ratus orang. Jadi perlu latihan. Salah-salah bisa jadi bulan-bulanan. Jadi bahan ketawaan dan cemoohan orang banyak.

Tidak semua murid berminat untuk ikut berpidato, tapi selalu ada murid-murid yang sebenarnya berbakat untuk berpidato dan inilah yang dijadikan target oleh pak Umar waktu memperkenalkan acara tersebut. Pada awal-awalnya, memang terdengar pidato yang masih asal-asalan. Tidak terarah dan ragu-ragu. Akibatnya, ya itu tadi. Diteriaki teman-teman dengan….. huuuuuuu.. yang panjang. Tapi setelah berjalan beberapa minggu mulai terlihat bentuknya. Bila pada minggu ini wakil dari kelas X berpidato bagus, pasti wakil dari kelas Y akan berusaha keras untuk menyampaikan pidato yang lebih bagus lagi minggu dimuka.

Penyampaian pidato itu diselipkan sebelum amanat inspektur upacara. Waktunya dibatasi, minimum lima menit, maksimum sepuluh menit. Siapa yang akan berpidato, dari kelas mana, dengan tema apa sudah ditempelkan di papan pengumuman sekolah sejak hari Kamis setiap minggu. Dan yang namanya sudah dicantumkan biasanya akan berlatih untuk tampil sebaik-baiknya.

Sejak acara pidato ini dipopulerkan lima bulan yang lalu, sudah bermacam-macam tema yang diangkat. Ajakan untuk berprestasi (ini sering agak klise), ajakan untuk menjaga kebersihan, himbauan berpartisipasi pada donor darah, himbauan perduli terhadap korban banjir, kritikan terhadap sistim penilaian yang dinilai pelit, kritikan terhadap guru yang suka terlambat, kritikan terhadap guru yang suka menyuruh-nyuruh murid untuk kegiatan yang dianggap tidak jelas, kritikan terhadap teman yang suka nyontek.

Sisi positip tambahan dari ‘pidato hari Senin’ ini adalah terciptanya usaha lebih berhati-hati oleh semua pihak termasuk oleh guru-guru. Karena salah-salah tindakan, bisa jadi bahan kritikan tajam yang akan disampaikan di depan umum pada hari Senin berikutnya. Bisa dikatakan bahwa ‘pidato’ sudah menjadi polisi sendiri di SMU 369 untuk meningkatkan ketertiban.

Hari Senin ini giliran anak kelas dua C yang akan menyampaikan pidato mingguan. Wakil anak kelas dua C adalah Herman Mokoginta. Anak ini berbakat jadi orator. Kemampuan berbicara dan penggunaan bahasanya bagus. Suaranya juga bagus. Inilah sebahagian dari cuplikan pidatonya yang disampaikan dalam waktu delapan menit.

‘…………. Saudara-saudara yang saya hormati. Pada kesempatan ini saya ingin mengingatkan bahwa dalam waktu dekat ini kita akan menghadapi kompetisi basket antar siswa SMU se Jakarta Timur. Pemain-pemain basket kita sudah berlatih dengan tekun sejak beberapa minggu terakhir. Latihan-latihan ini masih akan dilanjutkan dengan lebih giat lagi. Kita berterima kasih dan bersyukur mempunyai seorang pelatih yang sangat sabar dan penuh dedikasi yaitu guru olah raga kita bapak Hardjono. Marilah kita berikan tepuk tangan sebagai tanda penghargaan kita atas kesabaran dan kesungguhan bapak Hardjono!………..

(murid-murid bertepuk tangan)

Namun, saudara-saudaraku siswa 369 sekalian. Perlu saya ingatkan bahwa untuk meraih kemenangan di ajang lomba yang bergengsi itu, tidak cukup hanya dengan mengandalkan para pemain terlatih saja. Diperlukan juga dukungan dan support dari segenap warga 369 untuk memberi semangat kepada para pemain kita, terlebih-lebih pada saat berlangsungnya pertandingan-pertandingan yang pasti akan sangat melelahkan itu nanti. Oleh karena itu, saya menghimbau saudara-saudara sekalian sebagai pendukung tim bola basket SMU 369 untuk mempersiapkan diri pula, guna mendukung rekan-rekan kita yang bertanding pada hari-hari H nya itu nanti. Bahkan pada hari-hari latihan sekalipun kehadiran saudara-saudara pasti akan menambah semangat pemain-pemain basket kita untuk berlatih dengan lebih giat dan tekun.

Saudara-saudara sekalian. Saya juga ingin mengingatkan teman-teman para pemain-pemain basket yang sudah dipilih, yang saya sendiri termasuk di dalamnya, agar kita mampu menjunjung tinggi sportifitas. Kita ingin berhasil, kita ingin menang, kita ingin jadi juara, tapi kemenangan yang kita raih dengan sportif dan jujur. Tidak ada nilainya kemenangan itu kalau kita memperolehnya dengan kecurangan atau kelicikan. Oleh karena itu mari kita tingkatkan ketangguhan dan pada waktu bersamaan kita tingkatkan pula kesportifan dalam bertanding.

Perlu pula kita ketahui saudara-saudara sekalian, bahwa sportifitas bukan melulu milik dan tanggung jawab para pemain. Para supporterpun diminta untuk berlaku sportif. Kita harus mampu menghargai lawan tanding kita. Seandainya…. saya ulangi, seandainya lawan bertanding kita memang lebih hebat dari kita, maka kita harus berjiwa besar mengakui keunggulan mereka. Jadi perlu kita sadari dan kita ingat bahwa kita datang ke lapangan untuk memberi dukungan yang meriah namun wajar kepada tim sekolah kita. Dan kita tidak datang ke lapangan untuk membela mati-matian regu sekolah kita dengan persiapan ekstra untuk berkelahi dalam tawuran, seandainya regu sekolah kita kalah. Kalau tim sekolah kita menang, kita siap untuk ikut menghormati dan merayakan hasil perjuangan mereka tanpa melecehkan lawan, dan kalau mereka kalah, kita juga siap untuk tidak melecehkan teman-teman kita sendiri dan mengakui keunggulan lawan.

Akhirnya, saya mengajak setiap pemain untuk tetap bersemangat tinggi. Saudara-saudara warga 369. Mari kita berikan tepuk tangan pula untuk pemain-pemain kita yang hebat-hebat ini.

(murid-murid bertepuk tangan)

Saya sudahi pidato saya ini dengan mengajak saudara-saudara sekalian meneriakkan yel-yel kemenangan SMU 369…Hidup SMU 369…Hidup SMU 369… Hidup SMU 369…

Terima kasih

Kali ini terdengar tepuk tangan murid-murid tanpa dikomando. Ini artinya pidato itu berkenan di hati mereka.

Sesudah itu, tetap ada amanat dari kepala sekolah. Pak Umar pandai sekali mengangkat topik-topik yang memang perlu untuk diamanatkan. Yang perlu dinasihatkan untuk siapa saja. Baik untuk guru-guru, pegawai Tata Usaha, petugas keamanan dan tentu saja untuk murid-murid. Kalau beliau menegor biasanya beliau sampaikan dengan santun. Tidak pernah menggunakan kata-kata kasar. Tidak pernah mempermalukan siapa saja.

Pada kesempatan Senin kali ini beliau memulai dengan perlunya sifat toleransi dan pemaaf. Manusia yang pemaaf adalah manusia yang berhati mulia, kata beliau. Setiap kita harus bisa menjadi orang pemaaf, karena setiap kita pernah berbuat salah dan berharap untuk dimaafkan. Tuhan menyukai orang-orang yang pemaaf. Sebagian dari pesan-pesan beliau berbunyi sebagai berikut;

‘…………….. Saudara guru-guru dan murid-murid sekalian. Setiap kita pasti pernah berbuat keliru. Salah dan keliru adalah sifat manusia. Manusia itu adalah wadahnya, tempatnya kesalahan dan kekeliruan. Tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan itu hanyalah sifat Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka oleh karena itu terlanjur bersalah tidak mesti menjadikan seseorang berputus asa. Terlanjur keliru tidak mesti menjadikan kita membuat kesalahan baru dengan berbohong untuk menutupi kekeliruan itu. Seorang yang bersalah lalu sadar akan kesalahannya, lalu berusaha memperbaiki dirinya adalah seorang yang mempunyai jiwa yang besar. Orang seperti ini pantas untuk diteladani.

Dengan menyadari bahwa setiap kita selalu berkesempatan untuk keliru baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja, maka seyogianya pula setiap kita mempunyai sifat pemaaf. Sangatlah wajar jika kita berharap agar orang lain akan memaafkan kita pada saat kita mengakui bahwa kita telah terlanjur berbuat kesalahan. Pada sisi lain, itu berarti bahwa kita juga harus mampu menjadi orang yang pemaaf. Kita harus mampu memaafkan orang lain yang sesudah mengakui kekeliruannya datang meminta maaf kepada kita. Dengan sifat pemaaf, maka kehidupan umat manusia akan lebih damai.

Saudara guru-guru dan murid-muridku sekalian.

Pada hari ini, seorang teman kalian, yang pernah keliru lalu insaf, dan sudah menunjukkan bahwa dia itu sudah insaf, kita terima kembali untuk bersama-sama dengan kita di sini. Maka saya meminta agar kita semua mau memaafkan kekeliruannya dimasa lalu. Saya meminta agar kita mau menerima kehadirannya kembali dengan sewajar-wajarnya. Dia adalah bagian dari kita di waktu yang lalu dan sekarang kita terima dia kembali dengan tangan terbuka. Keputusan untuk menerimanya kembali ini adalah hasil dari musyawarah panjang antara kepala sekolah dengan para guru-guru maupun dengan para pengurus OSIS. Memberi kesempatan kepada mereka-mereka yang pernah mendapat sangsi dari sekolah di waktu yang lalu itu, semata-mata di dasarkan pada pemikiran bahwa kita adalah orang-orang yang mau memaafkan.

Saya merasa perlu mengingatkan, bahwa lebih kurang sepuluh bulan yang lalu lima orang teman-teman kalian telah dikenakan sangsi di sekolah ini akibat penggunaan obat-obat terlarang. Sangsi yang diberikan pada waktu itu sangat adil dan perlu. Karena tanpa sangsi, maka hukum yang seharusnya ditegakkan tidak akan pernah bisa tegak. Sesudah waktu berjalan cukup lama, kita mencoba memonitor apa saja yang terjadi terhadap mereka-mereka itu. Ternyata ada di antara mereka yang berusaha keras memperbaiki dirinya. Mereka pergi berobat, atau berusaha dengan sekuat tenaga menghindari perbuatan keliru yang pernah mereka lakukan. Terhadap mereka yang sudah nyata-nyata insaf ini, kita merasa berkewajiban untuk menerima mereka kembali sebagai bahagian dari diri kita. Namun perlu pula saya beritahukan, bahwa tidak semua mereka-mereka itu beruntung, bisa kembali insaf. Satu orang dari mereka bahkan membayar kekeliruan di masa lampau itu dengan biaya yang paling mahal, yakni kematian. Tiga orang yang lain, yang sudah menjalani masa perawatan intensif telah memilih sekolah lain untuk melanjutkan pendidikan mereka. Satu orang lagi hari ini kita terima kembali di sini. Saya ulang kembali pesan saya, agar kalian bergaul wajar satu sama lain. Melupakan kekeliruan masa lalu kawan kalian tersebut.

Kepada anakku Edwin, saya atas nama sekolah mengucapkan selamat datang kembali di sekolah ini. Saya yakin, pengalaman pahit yang pernah kamu dapatkan, akan senantiasa mengingatkan kamu untuk tidak mengulangi kekeliruan dimasa lampau. Jadilah murid yang berprestasi dan bergaullah dengan wajar dengan teman-temanmu yang lain.

Cukup sekian yang dapat saya sampaikan pada kali ini. Mari kita mulai awal pekan ini dengan semangat tinggi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


*****

No comments: