Monday, December 15, 2008

SANG AMANAH (94)

(94)

Pak Mursyid, istri pak Sofyan serta anak-anaknya sangat berterima kasih kepada Anto yang sudah berpayah-payah mengantarkan mereka ke Cimande. Anto hanya tersipu-sipu, waktu ucapan terima kasih itu diulang-ulang ibu Sofyan. Dalam hatinya dia bilang, ‘gue ikhlas aja kok, begini-begini kan amal’.

Anak-anak pak Sofyan, Dita dan Reza menikmati perjalanan naik mobil. Kedua anak-anak itu duduk dengan manis bersama ibu mereka di jok belakang, sementara pak Mursyid duduk di depan. Reza banyak bertanya tantang apa-apa yang dilihatnya. Kakaknya Dita selalu berusaha menjawab pertanyaan adiknya. Anak-anak itu kelihatannya cerdas-cerdas.

Pak Mursyid mengajak Anto ngobrol sepanjang jalan pulang.

‘Pak Umar tahu dari siapa, ya Adrianto? Kok pagi-pagi sekali dia sudah sampai di Cimande?’

‘Nggak tahu juga pak, ya. Apa mungkin dari pak Darmaji?’

‘Saya rasa sih enggak mungkin. Kalau dari pak Darmaji, tentu pak Umar ditawari berangkat sama-sama. Tadi buktinya pak Umar datang duluan.’

‘Iya juga pak. Tapi tadi pagi pak Umar nelpon ke rumah saya. Ibu saya yang nerima. Dan menurut ibu saya pak Umar sudah tahu kalau pak Sofyan kecelakaan tapi tidak tahu dirawat dimana?’ jawab Anto.

‘Pak Umar nggak ngomong dengan kamu?’

‘Nggak, pak. Saya lagi tidur. Abis bangun subuh saya tidur lagi. Ibu saya yang ngasih tahu pak Umar tempat pak Sofyan dirawat.’

‘Atau barangkali tadi subuh itu pak Umar yang nelpon ke rumah saya? Saya ketiduran, telponnya berdering terus. Pas mau saya angkat telponnya berhenti. Tapi kalau itu pak Umarpun, tentu dia sudah dapat kabar dari orang lain,’ pak Mursyid masih penasaran.

‘Apa tadi pak Umar nelpon juga ke ibu Sofyan?’ tanya pak Mursyid pula.

‘Nggak ada pak. Nggak ada yang menelpon saya tadi pagi,’ jawab ibu Sofyan.

‘Pak Umar itu perhatian sekali. Dia benar-benar sangat baik. Bagaimana menurut kamu Adrianto?’

‘Betul, pak. Pak Umar itu memang sangat baik sekali,’ jawab Anto pendek.

‘Tadi itu, dia datang sendiri, naik angkutan umum sejauh itu. Saya setuju, pak. Pak Umar itu betul-betul seorang atasan yang penuh perhatian,’ ibu Sofyan menambahkan.

‘Benar, bu. Terus terang, awal-awal berkenalan dengan pak Umar itu saya kurang begitu suka dengannya. Saya merasa dia itu agak otoriter. Tapi setelah bergaul beberapa bulan, saya lihat dia sangat baik. Ternyata orangnya sangat terbuka dan mau menerima saran dari siapa saja. Yang lebih menambah respek saya lagi, dia itu orangnya tidak pernah pamrih.’

‘Saya dengar dari pak Sofyan, pak Umar juga yang mengusulkan agar anak-anak yang dulu sudah dikeluarkan diterima kembali bersekolah. Katanya ada satu orang anak yang dulu terlibat narkoba, tapi sekarang sudah sembuh, diterima kembali bersekolah,’ ujar ibu Sofyan.

‘Betul, bu. Edwin nama anak itu. Kemarin ikut rombongan kami,’ jawab pak Mursyid.

‘Ya, begitulah. Menurut pengamatan saya, ide-ide atau pemikiran pak Umar itu selalu didasarkan keinginan untuk menolong orang lain.’

‘Benar. Mungkin ibu pernah diceritain pak Sofyan, bahwa pak Umar pernah ditahan di kantor polisi satu malam karena mengantarkan seorang murid yang dicegat oleh preman pengedar narkoba.’

‘Ya, ada. Pak Sofyan pernah menceritakan itu di rumah. Itulah contohnya bahwa dia itu sangat suka menolong dan kalau menolong tidak pilih-pilih.’

‘Kamu kan juga punya pengalaman khusus dengan pak Umar, Adrianto?’

‘Benar, pak. Dulu vespanya saya jahilin, tapi pak Umar itu tidak marah. Malahan datang ke rumah membatu pengobatan ibu saya.’

‘Oh, ya. Saya dengar juga tentang penyakit ibu Adrianto waktu itu. Jadi sekarang sudah sembuh sama sekali?’ ibu Sofyan bertanya.

‘Sudah, bu,’ jawab Anto.

‘Tadi malam ibunya Adrianto datang menengok pak Sofyan, bu. Bersama ayahnya juga. Orang tua Adrianto ini juga sangat baik,’ pak Mursyid menambahkan.

‘Ya. Tadi malam kan mereka ikut ke rumah?’

‘Oh, iya. Saya nggak ingat kalau tadi malam kita ke rumah ibu Sofyan. Saking kecapekan.’

‘Dan saya dengar kalau ibunya Edwin sekarang bekerja di kantor ayah kamu Adrianto? Apa kalian ada hubungan saudara?’ tanya pak Mursyid.

‘Bukan juga, pak. Ibunya Edwin itu ternyata teman SMP ibu saya. Sesudah nggak pernah ketemu dua puluh tujuh tahun, mereka ketemu di dalam lift macet, nggak sengaja. Mereka terjebak lebih kurang setengah jam dalam lift itu. Ibu saya dan ibunya Edwin yang sudah sama-sama lupa, saling mengenal kembali. Katanya sih jadi kayak reunian aja, gitu. Dalam lift macet itu.’

‘Oh ya? Dan kamu saya lihat juga akrab dengan Edwin. Benar kan?’

‘Anaknya memang enak diajak gaul kok pak. Dia baek ama semua orang.’

‘Sebelum dia mulai sekolah kembali itu, pak Umar sendiri pula yang pergi ke rumahnya untuk memberi tahu ibunya agar Edwin sekolah lagi. Saya diceritain Edwin,’ kata pak Mursyid.

Mereka masih ngobrol ngalor-ngidul dalam perjalanan pulang dari Cimande sampai ke Jakarta. Anak-anak pak Sofyan kadang-kadang bertanya tentang apa yang mereka lihat sepanjang jalan. Mereka tidak malu-malu bertanya ke pak Mursyid atau ke Anto. Anak-anak itu sangat menyenangkan. Sebelum mengantarkan mereka pulang, Anto mengajak mereka berkeliling di jalan tol dalam kota, melihat-lihat gedung bertingkat di sepanjang jalan. Anak-anak itu senang luar biasa.

Sesudah mengantar ibu Sofyan dan anak-anaknya serta mengantar pak Mursyid, Anto langsung pulang. Antopun senang sekali telah membuat orang lain senang hari ini.


*****


Anto benar-benar terkesan. Pengalaman mendaki gunung Salak itu sungguh sangat menyenangkan. Dia telah merekam pemandangan, kejadian demi kejadian itu di kamera digitalnya. Bahkan kedua ekor babi hutan yang menyeruduk dan akhirnya mencelakai pak Sofyan secara tidak langsung, terekam dalam kamera itu. Begitupun foto waktu pak Sofyan yang digotong dengan tandu darurat bertemu dengan rombongan awal yang membawa tandu pula di dekat desa Cidahu. Semua foto-foto itu ditayangkannya di pesawat tivi di rumah, untuk mereka tonton dan komentari bertiga, bersama-sama papi dan mami. Sebelumnya, sebenarnya mami tidak suka Anto ikut-ikutan acara seperti itu karena menurut mami acara mendaki gunung itu terlalu berbahaya dan beresiko tinggi. Setelah melihat foto-foto jepretan Anto, mami jadi lebih yakin bahwa acara itu tidak seberbahaya seperti yang dibayangkannya.

Mami sangat setuju dengan pendapat pak Mursyid yang mengatakan bahwa Grup Pencinta Alam itu tidaklah dimaksudkan untuk kegiatan-kegiatan yang terlalu berbahaya seperti mengarungi arus di sungai yang deras atau mendaki tebing terjal dengan peralatan minimum. Yang terakhir ini jelas mami tidak setuju untuk diikuti Anto. Dan Anto sendiripun demikian. Dia tidak tertarik dengan kegiatan yang dinilainya berlebih-lebihan itu.

Sesudah menonton foto-foto itu, ayah, ibu dan anak itu terlibat pembicaraan mengenai keadaan pak Sofyan.

‘Tadi kamu jadi pergi mengantar pak Mursyid dan istri pak Sofyan ke Cimande kan? Bagaimana kelihatan keadaan pak Sofyan, To?’ tanya papi.

‘Sudah baikan pi. Sudah bisa jalan. Dan tangan kanannya sudah bisa digunakan lumayan baik. Tapi tangan kirinya masih dipakein bambu kayak kemarin malam. Kata pak Sofyan udah nggak sesakit tadi malam. Tadi ada juga pak Umar, pak Darmaji dan ibu Rita ke sana. Pak Sofyan senang sekali kelihatannya didatangi ramai-ramai begitu. Terutama karena anak-anaknya juga ikut dibawa ke sana,’ Anto menjelaskan.

‘Anaknya pak Sofyan berapa orang? Sudah umur berapa?’ tanya papi.

‘Dua orang. Cewek dan cowok. Yang cewek umur tujuh tahun dan adiknya umur lima tahunan. Mereka sayang banget sama pak Sofyan. Keluarganya kayaknya bahagia bener deh. Dan anak kecil itu ngomongnya kayak orang sudah gede. Lucu deh.’

‘Dia ngomong apa memang?’

‘Dia ngomong terima kasih sama pak Mursyid karena sudah menolong ayahnya. Cara ngomongnya itu, lucu.’

‘Mereka nggak sedih ngelihat ayahnya?’

‘Sedih dong, pi. Tapi nggak cengeng. Yang gede itu, memijit-mijit tangan pak Sofyan. Adiknya mijitin kaki ayahnya. Sambil ngobrol dengan ayahnya. Makanya kita betah aja ngelihat mereka di sana sampai jam dua belas. Sampai shalat zuhur.’

‘Tadi kamu nyampe jam berapa di sana?’

‘Jam sepuluhan gitulah. Nggak taunya di sana sudah ada pak Umar. Lagi ngobrol dengan pak Sofyan. Terus, pas kita ngobrol-ngobrol gitu, nggak lama datang pak Darmaji sama ibu Rita.’

‘Pak Umar bukannya datang bareng dengan pak Darmaji?’

‘Datangnya sih enggak, pi. Pulangnya baru bareng.’

‘Kok nggak ikut kamu aja pulangnya? Nggak muat, ya mobilnya.’

‘Mobil Anto udah kepenuhan, jadi dia ikut mobil ibu Rita aja.’

‘Datangnya ke sana, pak Umar naik apa?’

‘Naik angkutan umum kayaknya sih.’

‘Pantesan. Pagi-pagi tadi dia kan nelpon ke sini mas. Tadinya mau nanya gimana keadaan pak Sofyan ke Anto. Tapi saya kasih tahu kalau kita tadi malam pergi melihat pak Sofyan ke sana. Nggak taunya dia langsung ke Cimande sendirian naik angkutan umum. Pak Umar itu benar-benar perhatian sekali orangnya.’

‘Bener. Dia itu bener-bener orang baik,’ papi menambahkan.

‘Sampai kapan pak Sofyan harus tinggal di sana menurut si Abah, nTo? Tetap sampai hari Rabu besok?’ tanya mami.

‘Iya, mi. Sampai hari Rabu. Anto sih mau-mau aja pergi lagi ngejemput hari Rabu nanti ke sana asal ada yang nemanin. Tapi tadi ibu Rita bilang, dia yang mau jemput bareng dengan pak Darmaji.’

‘Pak Darmaji sama ibu Rita itu suami istri ya nTo?’ tanya mami lagi.

‘Anto nggak tau, mi. Agak nggak jelas. Ada yang bilang mereka hanya berteman biasa saja. Ada yang bilang mereka pacaran. Ada yang bilang mereka mau menikah tapi nggak bisa karena beda agama. Ibu Rita itu Kristen dan pak Darmaji Islam,’ jawab Anto.

‘Ya biarin ajalah. Itu kan urusan mereka. Tapi ibu Ritanya juga baik ya?’ ujar papi pula.

‘Iyalah, pi. Kan sesama guru. Tapi bener kok. Ibu Rita itu baik, orangnya. Ngajarnya juga pintar,’ Anto menambahkan.

‘Dia ngajar apa To?’

‘Ngajar kimia, pi.’

‘Kalau pak Darmaji?’

‘Dia guru bahasa Jepang. Dia itu juga baik.’

Keluarga bahagia itu masih melanjutkan obrolan mereka sampai jam sepuluh malam, sampai saat mereka semua akhirnya pergi beristirahat tidur.


*****

1 comment:

All Triks said...

wah, sudah tua tapi masih aktif nulis juga pak ya ! Allah bless you dan semoga masjidnya makmur apalagi kalo tulisan bapak dipublikasikan di papan pengumuman masjid, he..he. jadi makin terkenal insyaAllah

www.all-triks.blogspot.com