Friday, December 28, 2007

TAKLIM BUYA ABIDIN (4)

TAKLIM BUYA ABIDIN (4)

KEWAJIBAN MEMELIHARA ANGGOTA KELUARGA DARI NERAKA

Sudah hari Sabtu malam lagi. Sudah datang lagi waktunya wirid Buya Abidin di mesjid Gurun. Alhamdulillah jumlah jamaah yang tertarik kepada pengajian ini semakin banyak saja. Terasa benar faedahnya oleh masyarakat kampung Gurun apa-apa yang disampaikan oleh Buya Abidin untuk kehidupan mereka sehari-hari. Dulu ketika awal-awal beliau datang untuk memberikan ceramah, yang mau mendengarkannya boleh dihitung dengan jari. Berkat kesabaran dan kesungguhan beliau makin banyak saja orang yang tertarik untuk ikut mendengarkan pengajian tersebut.

Buya Abidin sangat penyabar, tapi sangat pula keras dan tegas dalam setiap penyampaian beliau. Bagi beliau kebenaran adalah sesuatu yang jelas dan tidak bisa ditawar-tawar. Yang benar adalah benar, yang salah adalah salah. Hal ini beliau tunjukkan dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Malam ini masalah yang dibahas adalah tanggung jawab setiap orang yang beriman untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksaan api neraka. Beliau menyitir ayat al Quran surah At Tahrim ayat ke delapan yang artinya; ‘Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan keluargamu dari ancaman api neraka....(sampai akhir ayat).’ Para jamaah yang mendengarkan jadi terbuka mata mereka.

Yang menarik dalam pengajian buya Abidin adalah diadakannya tanya jawab sesudah beliau menyampaikan materi ceramah. Para jamaah boleh bertanya apa saja dan beliau berusaha menjawab dengan sebaik-baiknya. Pengetahuan agama beliau sangat luas sehingga hampir setiap pertanyaan itu dapat beliau jawab.

Begitu pula pada malam hari ini, kembali terjadi tanya jawab. Katik Marajo yang memulai pertanyaan.

‘Ustad, saya ingin bertanya. Yang diseru oleh Allah untuk menjaga diri dan keluarga mereka dari siksaan api neraka adalah orang-orang yang beriman. Pertanyaan saya, apakah yang diseru ini khusus laki-laki saja sebagai kepala keluarga atau termasuk juga para wanitanya ? Terima kasih Ustad.’

’Seruan Allah ini bersifat umum. Artinya berlaku kepada setiap orang yang beriman, termasuk laki-laki maupun wanita. Semua wajib hukumnya menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari siksaan api neraka. Harus dimulai dengan diri kita masing-masing terlebih dahulu. Berusaha dengan sungguh-sungguh menjaga diri dengan senantiasa mengingat segala perintah Allah. Dan setiap perintah itu segera laksanakan. Begitu pula sebaliknya, sadari dan ketahui setiap larangan Allah. Dan hindarkan diri dari setiap yang dilarang Allah tersebut. Kalau kita sudah mampu berbuat demikian untuk diri kita sendiri, perhatikan pula sekarang pasangan hidup kita masing-masing. Ingatkan, jaga, agar pasangan hidup kita dapat pula berbuat sama. Bapak-bapak menjaga dan mengingatkan istri, ibu-ibu mengingatkan suami agar senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah. Begitu pula seterusnya dengan penjagaan terhadap anak-anak. Jadi jelas, ibu-ibu juga bertanggung jawab menjaga suami mereka. Perlukah istri menjagai suami? Atau bisakah istri menjagai suami? Jelas bisa. Oleh karena itu, hendaknya istri-istri pandai menyesuaikan diri dengan kemampuan suami. Jangan terlalu banyak permintaan. Kalau istri terlalu banyak permintaan, dan suami terlalu sayang kepada istri, apapun yang diminta istri dia berusaha memenuhi, sementara kemampuannya terbatas. Apa yang bisa terjadi? Si suami akan berlaku curang untuk memenuhi permintaan istrinya. Mungkin dengan korupsi, mungkin dengan menipu, atau bahkan mungkin dengan mencuri. Maka istri yang menjadikan suaminya berlaku curang seperti itu, berarti dia tidak menolong menjaga suaminya dari api neraka tapi sebaliknya justru mendorongnya masuk ke dalam neraka. Atau bisa juga begini. Si istri tidak banyak permintaan ini itu. Hanya saja dia cerewet sehingga suaminya jadi tidak betah tinggal di rumah, sebab di rumah ada-ada saja yang menyebabkan kejengkelan oleh perkataan atau prilaku istrinya. Pelariannya, si suami pergi dan menghabiskan waktunya ke warung. Main domino, berhabis waktu dengan obrolan yang tidak jelas.

Si istri tahu bahwa suaminya tidak betah duduk di rumah karena prilakunya. Harusnya dia berusaha memperbaiki suasana di rumah. Dengan cara seperti itulah dia memelihara suaminya sebagai pasangan hidupnya dari ancaman api neraka.

Lebih jauhnya lagi, dengan cara apa lagi kita memelihara pasangan hidup serta anak-anak dari kekeliruan dan dosa ? Dengan cara dakwah. Selalu ingatkan mereka untuk menegakkan kebenaran dan meninggalkan kemungkaran. Itu berarti bahwa setiap kita bertanggung jawab untuk saling menjaga. Sabda Nabi SAW, ‘Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawababnya atas apa yang dipimpinnya, nanti di akhirat. Setiap laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, setiap istri pemimpin atas amanah harta dan anak-anak dari suaminya. Semua akan diminta tanggung jawabnya atas apa yang dia pimpin.’ Apakah yang demikian cukup jelas engku Katik?’

‘Cukup jelas Ustad. Terima kasih,’ jawab Katik Marajo.

’Saya ingin melanjutkan pertanyaan tadi Ustad,’ giliran Kari Sutan ingin bertanya.

‘Silahkan, engku Kari. Apa yang mau ditanyakan.’

‘Seandainya kita sudah berusaha menjaga anak istri, setiap saat mengingatkan mereka, tapi ternyata sang istri tidak patuh. Dia tidak merasa perlu menjaga dirinya sendiri dari kedurhakaan kepada Allah. Dalam hal seperti ini bagaimana tanggung jawab suaminya Ustad?'

’Pertama sekali, dakwah kepada anak dan istri itu hendaklah dilakukan dengan berkesinambungan. Harus terus menerus dan jangan terhenti karena bosan. Harus dilakukan dengan kesabaran, dengan taktik yang tepat, dengan keterangan yang jelas dan disampaikan secara santun. Seperti itu hendaknya usaha dakwah dilakukan. Jangan cepat putus asa. Nah, kalau usaha sudah maksimal, tetap tidak ada juga hasilnya barulah lepas tanggung jawab kita. Kita serahkan kepada Allah untuk menilainya. Sebab memang ada orang yang kalau kata Allah dia tidak akan dapat petunjuk, biar siapa juga yang mengingatkan tidak ada guna baginya, tetap dia tidak akan dapat petunjuk. Di dalam surah Tahrim pada ayat berikutnya dicontohkan oleh Allah tentang istri nabi Nuh dan nabi Luth. Keduanya akan masuk neraka dikarenakan kedurhakaan mereka. Padahal mereka istri nabi.

Jika dakwah kepada istri dan anak-anak tidak diperhatikan dan tidak disempurnakan, maka anak dan istri bisa jadi musuh. Baik di dunia apalagi nanti di akhirat. Jadi musuh secara nyata ataupun musuh secara tersembunyi. Secara nyata, misalnya istri jadi pelawan, suka merongrong, suka membuat masalah.

Atau secara sembunyi-sembunyi. Rumah tangga terlihat megah. Rumah gedung mewah bertingkat. Perabotan serba indah. Mobil mewah bertumpuk di garasi. Tapi nilai kekeluargaan tidak jelas. Suami tidak tahu entah kapan datang dan perginya. Istri begitu pula karena sama sibuknya. Anak-anakpun demikian. Lalu, dalam waktu tidak terlalu lama, berguguran satu persatu. Si suami berselingkuh dengan istri orang. Si istri pergi pula mengikuti suami orang. Anak-anak terjerumus ke jurang narkoba. Maka tidak ada lagi yang tinggal selain dari kebinasaan. Allah sudah mengingatkan, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istri kalian serta anak-anak kalian ada yang bisa menjadi musuh kepada kalian. Maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka.... (sampai akhir ayat. (At Taghabun ayat 14). Berhati-hatilah terhadap mereka. Berhati-hati dalam memimpin mereka, menasihati mereka, mengajari mereka. Berhati-hati membimbing dan mengawasi mereka. Sebab jika tidak mereka bisa jadi musuh kalian. Intinya, dakwah kepada anak dan istri itu sangat perlu. Dilakukan secara berkesinambungan dan penuh kesabaran serta disertai contoh nyata. Harus dimulai dengan diri sendiri. Itulah awal kaji kita tadi. Apakah dapat engku Kari fahami ?’

’Alhamdulillah Ustad. Jadi rupanya tidak mudah tanggung jawab dalam berumah tangga ini. Tanggung jawab besar yang harus dipikul. Bukanlah kehidupan berumah tangga itu sekedar untuk bersenang-senang saja. Terima kasih Ustad.’

‘Betul sekali yang engku Kari sebutkan. Tidak mudah karena kita faham dan mengerti. Karena kita menyadari semua ini akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Namun, sebenarnya tidak pulalah terlalu berat. Sebab petunjuk Allah sudah ada. Contoh soal sudah banyak. Tinggal kewajiban kita mempelajari. Mengaji dan mempelajari petunjuk-petunjuk Allah tersebut. Petunjuk di dalam al Quran yang dijamin Allah bahwa isinya tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Adakah kita beriman? Kalau kita beriman, maka ikutilah petunjuk itu. Kalau tidak jelas keterangannya dari yang kita baca, ikuti seperti yang dicontohkan Rasulullah. Sunah-sunah Rasulullah. Dengan cara seperti itulah hendaknya kita menjalankan agama ini. Artinya sangatlah perlunya mengaji. Datang ke pengajian seperti ini. Tanyakan yang kurang jelas agar dapat kita fikirkan dan fahami bersama isi pengajian tersebut. Bagi orang yang rajin mengaji, dan dia sudah faham, tidak ada lagi baginya pilihan selain menjalankan sesuai dengan apa yang sudah dipahaminya itu. Lalu mengamalkan apa-apa yang sudah didapat dari pengajian dengan ikhlas semata-mata karena Allah. Dilakukan dengan penuh keberhati-hatian, dengan rasa tanggung jawab, serta mengikuti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Sampai disini pula dulu taklim kita kali ini. Insya Allah nanti kita sambung pula di lain hari,’ demikian Buya Abidin menutup pengajian beliau malam itu.


*****

No comments: